Jatuh Korban Kelima, Harimau Sumatera Kembali Terkam Petani Kopi di Sumsel

Jatuh Korban Kelima, Harimau Sumatera Kembali Terkam Petani Kopi di Sumsel

13 Desember 2019
Ilustrasi Harimau Sumatera.

Ilustrasi Harimau Sumatera.

RIAU1.COM - Korban kembali jatuh untuk yang kelima kalinya. Harimau Sumatera kembali menyerang petani di Sumatera Selatan. 

Korbannya, Kali ini Mustadi (50), seorang petani kopi ditemukan tewas di kebunnya Desa Rekimai Jaya, Kecamatan Semende Darat Tengah, Kabupaten Lahat, yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan, Kamis (12/12).

 

Mustadi adalah warga Desa Fajar Bulan, Kecamatan Semendo Darat Ulu, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan. Dia tewas dengan luka robek dan gigitan di bagian leher dan dada kanan.

Dalam 28 hari terakhir, Mustadi menjadi korban kelima konflik harimau dengan manusia di Sumatera Selatan.

Konflik harimau dan manusia ini terjadi di tiga daerah yakni Kota Pagaralam, Kabupaten Lahat, serta Muara Enim.


Polres Lahat akan berkoordinasi dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) untuk mencegah jatuh korban selanjutnya.

"Dari hasil pemeriksaan TKP, polisi bersama BKSDA menduga kuat korban ini mengganggu habitat hidup mereka sehingga harimau pun murka," ujar Kapolres Lahat Ajun Komisaris Besar Ferry Harahap, Jumat (13/12), seperti dilansir CNN Indonesia. 


Dirinya berujar, peristiwa tersebut terjadi saat korban tengah melakukan penggilingan kopi di kebunnya.

Saksi Irian (32), rekan korban, melihat harimau Sumatera melintas di dekat korban.

Irian berteriak untuk memperingatkan korban, namun harimau tersebut langsung menerkam leher korban dan menyeretnya.

"Saksi sempat berusaha menolong korban, tapi ketakutan dan harimau menjauh dari lokasi penggilingan. Saksi pun lari mencari pertolongan dan warga akhirnya melapor ke kami," kata dia.

Setelah menerima laporan, kepolisian segera mengirim petugas untuk upaya evakuasi.

Saat tiba di lokasi kejadian, korban sudah ditemukan tidak bernyawa.

Korban mengalami luka gigitan di leher bagian depan, luka menganga di dada kanan yang menyebabkan tulang rusuk serta organ dalamnya hilang serta beberapa bekas cakaran. 

Selain itu, betis korban hingga telapak kaki kiri, serta telapak kaki kanan pun hilang.

"Kita imbau masyarakat untuk tidak berada di wilayah perlintasan harimau yang sudah dipetakan dan jangan bermalam di kebun. Jangan lagi ada yang merambah merusak hutan lindung apalagi menjadikan lahan bercocok tanam. Jangan sampai korban-korban berjatuhan lagi," kata Ferry.

Sementara Kepala Seksi Konservasi Wilayah II Lahat BKSDA Sumatera Selatan Martialis Puspito menduga kebun yang digarap oleh Mustadi berada di kawasan hutan lindung. Namun karena berkembang permukiman, status hutan lindung di desa tersebut dicabut.

"Itu masih tetap habitatnya harimau Sumatera. Bukan harimau yang menyerang warga di permukiman, namun memang warga yang diserang berada di habitat harimau. Untuk jarak dari permukiman ke kebun korban masih ditinjau oleh petugas di lapangan, namun dipastikan lokasi tersebut habitat harimau," ujar pria yang akrab disapa Ito ini.

Ito mengungkapkan, harimau yang merenggut nyawa Mustadi diduga kuat merupakan individu yang sama dengan yang menyerang Marta Rolani (24), Senin (2/12) dan menewaskan Yudiansyah Harianto (40), Kamis (5/12) di Dusun Tebat Benawa, Kelurahan Penjalang, Kecamatan Dempo Selatan, Kabupaten Pagar Alam.

Harimau itu juga diduga menewaskan Kuswanto (56) petani kopi di Desa Pulau Panas, Kecamatan Tanjung Sakti Pumi, Kabupaten Lahat, Minggu (17/11).


Dugaan tersebut karena lokasi para korban yang diserang masih satu Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Kikim Pasemah dan merupakan koridor Kantong Harimau Jambul Nanti Patah.

 

"Harimau agresif menyerang itu selalu ada pemantiknya. Seperti yang di Desa Pulau Panas korban sedang menebang pohon menggunakan gergaji mesin, Marta itu dia sedang meracun rumput dan mengenai harimau itu. Untuk korban terakhir ini masih kita investigasi pemantiknya apa," ujar dia.

R1 Hee.