Sekolah Tatap Muka, Sebuah Harapan Demi Masa Depan Anak Bangsa

Sekolah Tatap Muka, Sebuah Harapan Demi Masa Depan Anak Bangsa

28 Desember 2020
ilustrasi

ilustrasi

RIAU1.COM -

oleh Almi Fitri

Raja, Seorang siswa kelas IV Sekolah Dasar di Pekanbaru sibuk dengan Androit di tangan. Perhatian siswa berusia 10 tahun itu tidak lepas dari layar berukuran 5 inci tersebut. Hari-hari Raja habis dengan permainan game tanpa peduli dengan kawan-kawan sebaya yang asik bermain di halaman rumah. 

Sejak pemerintah memberlakukan sistem sekolah daring, waktu bermain Raja sangat berukurang dengan teman sebaya. Dia lebih banyak duduk di dalam rumah dengan mainan barunya, yakni Androit yang dijadikan alasan untuk belajar. Padahal pelajaran yang ia kerjakan dalam waktu dua jam sudah kelar, namun karena ia dibelikan Androit oleh orang tuanya, sehingga ia lebih banyak bermain game, hingga mencapai 10 jam per hari.

Perubahan prilaku anak ini, tidak dapatdihindari oleh para orang tua. Pasalnya orang tua sibuk bekerja, sedangkan kontrol dari orang tua sudah sangat berkurang saat mereka sibuk mencari nafkah dan anak-anak dibiarkan belajar tanpa pembimbing.

Sebuah dilema bagi orang tua saat pandemi menyerang Nusantara, Anak-anakyang setiap hari pergike sekolah dan pulang siang hari harus duduk dirumah ditemani sebuah mesin yang dapat merusak otak dan prilaku anak. "Kami lebih baik menandatangani surat perjanjian bermatrai 6.000, dari pada anak belajar di rumah," ucap Marina, seorang wali murid.

Selain kurangnya kontrolorang tua dalam membimbing anak belajar, serapan pelajaran yang diterima anak-anak sangat kurang. Pasalnya tidak semua orang tua dapat menajdi guru yang baik bagi anak-anak dalam menerapkan pelajaran sekolah. Pasalnya tidak semua orang tua memiliki pendidikan tentang spikologi pendidikan, atau ilmu membuat anak-anak bisa mengerti pelajaran.

Pendidikan sistem Daring, menjadi dilema ditengah pandemi. Selain kurangnya serapan pelajaran anak-anak juga menjadi kencaduan game dan media sosial. Sebuah kegagalan pendidikan akan merusak masa depan anak kelaknya. Harapan orang tua baru-baru mulai terang dengan adanya rencana pemerintah pusat membuka sekolah kembali, namun belum ada kepastian.

Sekolah tatap muka belum diizinkan pemerintah pusat di tengah pandemi corona saat ini. Meski begitu, Pemko Pekanbaru tetap bersiap-siap jika sewaktu-waktu sekolah dibuka lagi. 

Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Pekanbaru Ismardi Ilyas, Sabtu (26/12) lalu , mengatakan, rencana sekolah tatap muka sudah ada secara lisan disampaikan melalui media oleh pemerintah pusat. Namun sampai hari ini, belum ada satu pun edaran yang disampaikan. "Namun, kami sudah siap jika sewaktu-waktu sekolah tatap muka dimulai. Kami terus melakukan survei," ujarnya. 

Jika pun sekolah tatap muka telah diizinkan pusat, prosesnya dipastikan pasti bertahap. Tentu, Pemko Pekanbaru melakukan percobaan sekolah tatap muka ke sekolah yang paling siap.

Loading...

Intensitas sekolah tatap muka dibagi-bagi, tergantung zona penyebaran virus corona. Jadi, pertemuan sekolah tatap muka bisa dibagi tiga kali seminggu untuk sekolah tertentu atau pun dua kali seminggu untuk sekolah lainnya. 

"Karena, kita tetap di masa pandemi corona. Makanya, sekolah tatap muka tetap dibarengi dengan pembelajaran jarak jauh (PJJ). Jadi, tatap muka itu hanya memperkuat PJJ," jelas Ismardi. 

Proses sekolah tatap muka direncanakan berlangsung pada awal tahun depan. Sekolah tatap berlangsung secara serentak, namun hal itu masih menanti keputusan lanjutan dari pemerintah pusat. 

Sekretaris Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru, dr Zaini Rizaldy Saragih mengungkapkan, pihaknya bakal melakukan pengawasan langsung ke sekolah jika proses sekolah tatap muka telah berlangsung. 

Dinas Kesehatan yang tergabung dalam Satgas Covid-19 Pekanbaru, bakal melakukan monitoring terkait efektivitas sekolah tatap muka, dan pertumbuhan kasus positif Covid-19 selama sekolah tatap muka berlangsung. 
"Berdasarkan keputusan Ketua Tim Gugus Tugas Covid Pekanbaru, dalam hal ini pak Walikota, kita akan lakukan pemantauan sekali seminggu. Kami lakukan monitoring ke beberapa sekolah," terang Zaini belum lama ini.

Pihaknya bakal melakukan kontrol terkait penerapan protokol kesehatan di sekolah. Mereka melihat kelengkapan fasilitas protokol kesehatan, dan jumlah peserta didik yang berada dalam satu kelas. 

Mereka juga memantau apakah adanya penularan atau klaster baru dari sekolah selama proses sekolah tatap muka berlangsung. Mereka juga mengevaluasi apakah sekolah tatap muka dapat terus dilanjutkan atau harus dihentikan. 

"Jumlah siswa dibatasi, jam belajar dikurangi. Kita pantau apakah ada penularan dan apakah ada klaster baru atau tidak. Kalau aman, maka akan dilanjutkan," pungkasnya. 

Dengan adanya kesiapan dari pemerintah daerah, seharusnya pemerintah pusat melalui Kementrian Pendidikan dengan tegas menyatakansekolah akan dibuka, dengan memperhaikan protokol kesehatan demi masa depan anak-anak Indoensia yang mulai rusak dengan permainan game dan medsos. (*)