Medan Berat Tak Surutkan Semangat Perjuangan Satgas Karlahut Siak Padamkan Api

Medan Berat Tak Surutkan Semangat Perjuangan Satgas Karlahut Siak Padamkan Api

14 Agustus 2019
Memantau Satgas Karlahut Siak

Memantau Satgas Karlahut Siak

RIAU1.COM - Gumpalan asap putih ke abu-abuan masih tampak mengepul dipelosok Kampung Rawa Air Putih, Kecamatan Siak dengan jarak tempuh sekitar 15 menit perjalanan dari Ibukota Kabupaten Siak.

Radius 5 kilometer dari lokasi bau hangit sudah mulai tercium, asap membumbung yang membuat mata perih mulai terlihat saat menyusuri jalan tanah dengan medan gambut yang cukup berat dan dalam.

Dibutuhkan kendaraan berpenggerak 4 roda (4WD) untuk melewati jalan yang dirintis alat berat oleh tim gabungan, sebagai akses masuk menuju lokasi karlahut.

Sudah 10 hari lamanya api menghanguskan sedikit demi sedikit areal perkebunan milik warga. Puluhan personel gabungan yang bertugas sejak H-1 Idul Adha lalu, tampak masih gigih memanggul nozzle, mesin dan selang peralatan pemadaman, berjibaku melawan api.

Sejumlah personel Satgas Gabungan dari BPBD Riau dan BPBD Siak, Manggala Agni, personel Koramil 03/Siak dan Polres Siak dibantu relawan Masyarakat Peduli Api, Kampung Rawang Air Putin sudah berhari-hari berperang melawan api.

Pagi itu, kerja para ‘pejuang asap’ mendapat dukungan Direktur Samapta Korsabhara Baharkam Mabes Polri, Brigjen Pol M Nasri yang tiba bersama sejumlah perwira menengah dari Polda Riau.

Beberapa hari lalu, lokasi yang sama juga menjadi lokasi kunjungan pemantauan pemadaman karhutla oleh Bupati Siak, Alfedri bersama rombongan, yang disambut Asisten Pemkesra Pemkab Siak, Budhi Yuwono didampingi Kepala BPBD Siak, Syafrizal.

"Luas lahan terbakar sudah mencapai 20 hektare Pak. Petugas gabungan sudah 10 hari melakukan upaya pemadaman dengan berbagai cara, termasuk mengerahkan alat berat untuk membuat kanal," kata Asisten Pemkesra Pemkab Siak, Budhi Yuwono.

"Kanal tersebut untuk membatasi api tidak meluas sekaligus mengalirkan sumber air, membuat embung, serta mengerahkan water bombing,” sambung Budhi kepada Brigjen Nasri.

Selain itu kata Budhi, sosialisasi dan pemasangan spanduk peringatan karlahut juga sudah dilakukan, disamping sejumlah upaya seperti sekat kanal dan membagi zonasi daerah rawan karlahut di Negeri Istana menjadi enam cluster.

Loading...

Strategi mewujudkan Siak Hijau juga sudah dilakukan, namun titik hotspot masih saja dijumpai meski belum separah kejadian beberapa tahun lalu. Saat melakukan peninjauan lapangan, Direktur Samapta juga memantau kendala petugas gabungan dilapangan.

Ia menyebut fenomena anomali iklim akibat Siklus El Nina yang perkiraan puncaknya akan terjadi pada tahun 2020 mendatang perlu menjadi perhatian bersama, termasuk pemangku kepentingan dan masyarakat didaerah rawan karlahut.

"Kami baru saja bersama instansi terkait dan masyarakat memonitor titik hotspot yang cukup luas dan sedang diupayakan langkah pemadaman. Kita doakan dalam waktu singkat bisa dipadamkan tim gabungan. Saya yakin dengan semangat yang ditunjukkan akan bisa dipadamkan,” kata Brigjen Pol M Nasir.

Dirinya juga mengajak masyarakat yang berdomilisi di sekitar perkebunan untuk berperan aktif bersama-sama mengawasi lingkungan agar kejadian karlahut tidak lagi terjadi. Karena dampak negatifnya kata dia, turut mempengaruhi aspek sosial budaya, kesehatan dan keamanan.

"Dampak jangka panjangnya juga tidak baik untuk kesehatan khususnya bagi anak-anak, karena bisa terserang gangguan ISPA. Untuk itu saya berterimakasih kepada semua personil yang tergabung dalam satgas, yang sudah bahu-membahu melakukan usaha pemadaman,” sebutnya.

Sementara itu Kepala BPBD Siak menjelaskan, sejumlah upaya yang dihadapi personil pemadaman di lapangan, diantaranya ketersediaan sumber air untuk pemadaman dan jarak lokasi kebakaran dengan sumber air.

"Kondisi tersebut diperparah dengan angin kencang dan cuaca ekstrim yang membuat nyala api sulit dipadamkan, namun demikian personel lapangan tidak menyerah melakukan pemadaman. Alhamdulillah tim gabungan dibantu water bombing dari perusahaan serta alat berat dari Dinas PU Tarukim dan Dinas Pertanian untuk membuat kanal air dan embung,” pungkasnya.