
Ilustrasi kitab hadis Al Bukhari (Foto: Istimewa/internet)
RIAU1.COM - Sejarah panjang dari salah satu kitab hadis yang paling shahih disusun oleh Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah bin Bardzibah al-Ja'fi al-Bukhari atau dikenal sebagai Imam Bukhari, bermula saat beliau menunaikan ibadah haji untuk pertama kali pada tahun 210 Hijriah.
Pesona kota Mekah dengan ulama-ulama ilmu hadis membuat Imam Bukhari betah dan tidak lagi kembali ke negeri asalnya yakni Bukhara, Uzbekistan bersama ibu dan saudaranya dinukil dari republika.co.id, Jumat, 15 Mei 2020.
Imam Bukhari disana mulai merintis jalan untuk meneliti dan menyaring Hadis. Berkat gurunya, Ishaq Rahawaih, ia memperoleh prestasi besar dalam pengumpulan hadis-hadis shahih dengan menerapkan seleksi super ketat.
Ditambah, karakteristik keshahihan dalam Shahih Bukhari lebih sempurna dibandingkan imam-imam lainnya. Demikian pula syarat yang diterapkannya juga jauh lebih ketat.
Menurut Imam Bukhari, syarat haidis dapat dikatakan sahih harus memenuhi kreteria seperti harus bersambung. Artinya periwayatan sanadnya tidak terputus.
Perawi juga harus memenuhi kriteria paling tinggi dalam hal watak pribadi, keilmuan, dan standar akademis.
Selanjutnya, harus ada informasi positif tentang perawi yang menerangkan bahwa mereka saling bertemu muka, dan para murid belajar langsung dari shekh hadisnya. Dan untuk murid-murid meriwayatkan harus tergolong dalam kategori banyak pergaulannya dengan para guru.
Sehingga, hasil kerja kerasnya itu mampu memasukkan 9.082 hadis dari 100 ribu hadis yang telah dihafalkan dan 600 ribu hadis beredar di masyarakat.