
Pembukaan Pacu Jalur Teluk Kuantan 2025
RIAU1.COM - Even budaya pacu jalur di Taluk Kuantan, Kuantan Singingi, Rabu (20/08/2025) dipenuhi ribuan masyarakat.
Tak hanya Wapres, tampak juga Menteri Pariwisata Widiyanti Putri Wardhana dan Menteri Kebudayaan Fadli Zon. Kemudian hadir juga, Menpora RI Dito Ariotedjo serta berbagai menteri duta besar dari 16 negara.
Wapres Gibran terlihat antusias ketika menjejakkan kaki di Tepian Narosa. Ia disambut dengan tarian persembahan khas Melayu serta kompang yang mengalun meriah. Didampingi Gubernur Riau Abdul Wahid, keduanya berjalan menyapa masyarakat yang berdiri rapat di sepanjang tepian sungai. Senyum dan lambaian tangan menjadi bukti keakraban pemimpin dengan rakyatnya.
Ditengah kemeriahan pembukaan, Sejarawan Riau, Profesor Suwardi MS, menyampaikan terkait makna pacu jalur yang setiap tahun digelar di Kuansing. Menurutnya, tradisi ini tidak hanya sekadar ajang olahraga atau hiburan rakyat, tetapi memiliki nilai filosofis yang dalam dan berpotensi besar menggerakkan roda ekonomi masyarakat lokal.
Ia menegaskan bahwa kemeriahan pacu jalur harus dipahami sebagai simbol perjuangan dan semangat kemajuan.
“Para pemuda harus dapat mendalami makna, hakikat dari pacu jalur. Dalam kehidupan masyarakat, berpacu itu berarti beradu untuk maju, mencari kemenangan. Jadi dengan adanya jalur, kita diharapkan tiap tahun itu bisa meningkat kemajuan,” kata Prof Suwardi.
Dijelaskan, kemajuan yang dimaksud, tidak hanya terbatas pada perlombaan, melainkan meliputi berbagai sektor kehidupan masyarakat. Sehingga, even tahunan ini dapat semakin memberikan nilai positif bagi warga lokal.
“Bisa maju dari ekonomi, maju dalam sektor budaya, hingga kemajuan spiritualnya. Mudah-mudahan negeri kita menjadi negeri yang dihargai oleh berbagai pihak, baik dalam maupun luar negeri,” jelasnya.
Prof Suwardi menekankan pentingnya keterlibatan pemuda dalam menjaga keberlangsungan tradisi sekaligus memanfaatkan momentum pacu jalur sebagai peluang ekonomi. Ia berharap pemerintah daerah dapat mendorong anak-anak muda di Kuansing untuk lebih aktif berpartisipasi, tidak hanya sebagai penonton atau pendukung jalur.
Menurutnya, peluang ekonomi yang muncul dari event pacu jalur sangat besar. Mulai dari bisnis berjualan makanan dan minuman, hingga usaha kreatif seperti cenderamata khas Kuansing berupa miniatur jalur atau dayung.
“Kalau ini digarap dengan baik oleh masyarakat lokal, maka mereka bisa menikmati manfaat langsung dari penyelenggaraan pacu jalur,” ujarnya.
Prof Suwardi juga mengingatkan agar pemerintah daerah lebih memperhatikan pemberdayaan ekonomi masyarakat lokal. Ia menilai jangan sampai event sebesar pacu jalur justru lebih banyak dinikmati oleh pedagang dari luar daerah, sementara masyarakat Kuansing hanya jadi penonton.
Selain itu, ia melihat pacu jalur bisa menjadi media pewarisan budaya dan identitas Melayu kepada generasi muda. Dengan ikut terlibat dalam berbagai aktivitas pendukung event, para pemuda akan semakin bangga terhadap budayanya sendiri.
“Inilah yang membuat tradisi pacu jalur tetap hidup dan tidak hilang ditelan zaman, terbukti dari terkenalnya tarian pacu jalur tersebar hingga luar negeri," tegasnya.*