Cerita Rohana Dan Abdul Kudus, Dua Sejoli Dari Ranah Minang Yang Benci Penjajah

Rohana (Foto: Istimewa/internet)
RIAU1.COM - Kisah Rohana dan suaminya Abdul Kudus yang menentang pemerintahaan Kolonial Belanda tanpa menggunakan senjata di Koto Gadang Sumatera Barat merupakan sejarah wajib untuk diingat.
Sayangnya kisah cinta mereka hanya bertahan hingga akhir hayat dimana Abdul berpulang pada 1951 dan Rohana menyusulnya pada 1972 dikutip dari historia.id, Kamis, 21 November 2019.
Semua bermula dari pernikahan dua sejoli ini pada 1908. Kala itu, Rohana sudah berusia 24 tahun yang bercita-cita untuk memajukan nasib kaum perempuan dengan cara mendirikan sekolah.
Sementara Abdul merupakan anak dari Sutan Dinagari Laras, seorang Hoofd IV Koto yang aktif dalam pergerakan dan partai politik. Ia lulusan sekolah hukum di Batavia dan fasih berbahasa Belanda yang kembali ke Koto Gadang, menolak bekerja pada pemerintah Belanda dan lebih pilih menjadi notaris independen.
Setelah menikah pasangan ini diterpa badai. Melalui tulisannya Abdul dicari-cari Belanda lantaran tulisannya sering mengkritik kebijakan pemerintah Hindia Belanda yang tidak pro pribumi. Membuat penduduk kampung resah dengan pria ini.
Walaupun seperti itu di masa perjuangan kemerdekaan, Rohana dan Abdul tetap saling menjaga. Sebagai anggota National Indische Partij dan juga aktif dalam gerakan bawah tanah melawan kolonial Belanda, Abdul juga menjadi salah satu orang yang masuk daftar pencarian polisi kolonial. Rohana tak sedikitpun mengeluhkannya.
Sementara Rohana menyediakan rumahnya untuk dapur umum sementara yang merupakan unit perjuangan sering dipandang sepele namun menentukan jalan tidaknya gerakan. Di tumpukan bahan makanan itulah Rohana menyembunyikan senjata-senjata yang diselundupkan untuk para pejuang di Bukittinggi.