Bupati Abdul Hamid: Kapal Asing Berani Masuk Perairan Natuna Setelah Soeharto Jatuh

Bupati Abdul Hamid: Kapal Asing Berani Masuk Perairan Natuna Setelah Soeharto Jatuh

4 Januari 2020
Ilustrasi kapal asing di perairan laut Natuna.

Ilustrasi kapal asing di perairan laut Natuna.

RIAU1.COM - Zaman Presiden Soeharto tidak ada kapal kapal asing yang berani masuk perairan Laut Natuna secara ilegal. 

Apalagi kapal perang asing, mereka takut. Karena kepemimpinan Soeharto sangat disegani oleh negara tetangga.

Namun setelah kekuasaan Presiden Soeharto jatuh, baru lah banyak kapal asing memasuki perairan Laut Natuna secara ilegal. 

Termasuk klaim secara terbuka Pemerintah China atas Laut Natuna dan tidak mengakui putusan pengadilan arbitrase Internasional. 

 

Seperti dilansir CNN Indonesia, Sabtu, 4 Januari 2020,  Bupati Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau,  Abdul Hamid Rizal menyatakan kapal kapal asing sejatinya sudah berani masuk ke perairan Natuna, Kepulauan Riau sejak 1999.

Tahun itu merupakan awal dari Era Reformasi usai Presiden Soeharto jatuh dari kursi kekuasaan pada Mei 1998.

"Kapal-kapal itu sudah masuk sejak 1999. Saya tahu karena ketika itu saya bertugas di Natuna sebagai Sekda," ujar Abdul Hamid Rizal saat dikonfirmasi, Sabtu (4/1).


Ia mengatakan kapal-kapal itu masuk ke perairan Natuna karena tergiur dengan hasil laut yang cukup melimpah, sehingga mereka kerap menangkap ikan dari wilayah Indonesia.
 

Kendati begitu, meski saat ini konflik di perairan Natuna tengah menghadapkan Indonesia dan China, namun kapal asing yang masuk sebenarnya tidak hanya dari Negeri Tirai Bambu.

"Yang masuk ke Natuna itu ada kapal Vietnam, Thailand, dan China," ucapnya.

Sayangnya, ia tidak bisa memberi gambaran data jumlah kapal asing yang memasuki perairan Natuna.

Namun yang pasti, ia mengatakan jumlah kapal yang masuk sebenarnya sempat berkurang saat pemerintah menerapkan kebijakan pengawasan ketat di perairan Natuna.
 

Selain itu, pemerintah di era Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti juga sempat memberlakukan kebijakan penenggalaman kapal asing.

"Karena kapal perang  kita stand by setiap hari, ada juga kapal KKP, mereka bergantian jaga. Meski saya tidak tahu pasti apakah memang kebijakan ini menurunkan atau tidak," imbuhnya.

Faktor Cuaca

Kendati begitu, belum lama ini ada kapal-kapal asing yang kembali memasuki perairan Natuna.

Abdul Hamid menduga mereka berhasil masuk karena faktor cuaca ombak tinggi pada beberapa waktu lalu.

Ketika ombak tinggi, sambungnya, kapal pengawas Indonesia sempat mundur. Sebab, kondisi ini cukup berisiko bagi kapal pengawas karena ombak mencapai 4 meter sampai 5 meter.

 

"Mungkin karena ombak besar, jadi kapal pengawas mundur sebentar, lalu dia masuk. Coast guard mereka besar, meski kita punya armada juga," katanya.

Untuk itu, ia meminta pemerintah kembali memperketat pengawasan di perairan Natuna agar tidak ada lagi kapal asing yang masuk.

Selain itu, ia ingin pemerintah juga bisa 'memaksa' para negara luar agar mau mengakui kedaulatan wilayah Indonesia. 

R1 Hee.