Sejarah 3 Desember: Pegawai PU Mati-Matian Pertahankan Gedung Sate Dari Gempuran Sekutu dan Belanda

Sejarah 3 Desember: Pegawai PU Mati-Matian Pertahankan Gedung Sate Dari Gempuran Sekutu dan Belanda

3 Desember 2020
Gedung Sate (Foto: Istimewa/internet)

Gedung Sate (Foto: Istimewa/internet)

RIAU1.COM - Hari Kebaktian Pekerja Umum (PU) yang diperingati setiap 3 Desember lahir dari aksi heroik pegawai PU yang mati-matian menyelamatkan Gedung V & W atau Gedung Sate di Jawa Barat, Bandung dari rampasan Belanda.

Akibatnya, tujuh orang pegawai PU gugur saat itu juga dikutip dari pu.go.id, Kamis, 3 Desember 2020.

Pemuda ini mati-matian mempertahankan Gedung Sate lantaran bangunan tersebut dijadikan sebagai Kantor Pusat Departemen setelah Republik Indonesia diproklamirkan.

Semua dimulai ketika Indonesia kedatangan tentara Sekutu pada akhir September 1945. Mereka katanya ditugaskan untuk menjaga keamanan dan menyelesaikan tawanan perang akibat bertekuk lututnya Jepang pada Sekutu.

Nyatanya, aksi ini dimanfaatkan serdau Belanda dan NICA untuk kembali menjajah karena tak rela Indonesia memproklamirkan diri. Membuat gerakan pemuda harus berjuang menghadapi tentara Jepang sekaligus tentara Sekutu, Belanda dan NICA.

Termasuk kantor Departemen Perhubungan dan Pekerjaan Umum yang setiap hari dikacau para penjajah.

Loading...

Kekacauan ini membuat pemuda, pegawai PU dan rakyat yang hanya dibekali granat, beberapa pucuk bedil dan senjata api rampasan Jepang tak tinggal diam.

Pukul 01.00 pagi, 3, Desember 1945, sebanyak 21 orang pengaman Gedung Sate kedatangan pasukan Belanda yang licik dengan mengepung dari segala arah.

Pertempuran yang tak seimbang itu baru berakhir pada pukul 14.00 WIB. Mengakibatkan tujuh pemuda hilang, satu orang luka-luka berat dan beberapa lainnya menderita luka ringan.

Setelah dilakukan pencarian, ketujuh pegawai PU dinyatakan tewas. Mereka adalah Didi Hardianto Kamarga, Muchtaruddin, Soehodo, Rio Soesilo, Soebengat, Ranu dan Soerjono.