
Foto: Internet
RIAU1.COM - Tahukah Anda, aktivitas gunung yang berada di Selat Sunda pernah Iebih dahsyat dari sekarang. Letusannya bahkan jauh Iebih besar. Berikut adalah beberapa fakta tentang Gunung Krakatau sebelum dan sesudah "melahirkan anaknya".
Berikut beberapa fakta yang dikumpulkan dari beberapa sumber tentang Gunung Krakatau sebelum dan sesudah "melahirkan anaknya" yang ada saat ini, seperti dilansir laman okezone.com, 3 Januari 2019.
1. Letusan Besar pada 416 SM
Dalam catatan sejarah, Gunung Krakatau alami letusan besar pada 416 SM, yang menyebabkan tsunami dan pembentukan kaldera atau kawah (Judd, 1889). Dari sumber yang Iain, De Neve (1981), juga memperoleh keterangan bahwa sebelum itu, beberapa letusan terjadi pada abad ke-3, 9, 10, 11, 12, 14, 16, dan 17 yang diikuti dengan pertumbuhan kerucut Rakata, Danan, dan Perbuwatan.
2. Menjadi Gunung Api yang Letusannya Paling Dahsyat
Gunung Krakatau kembali meletus pada 27 Agustus 1883. Menurut Simon Winchester, ahli geologi lulusan Universitas Oxford Inggris yang juga penulis National Geographic, mengatakan, bahwa Iedakan itu adalah letusan yang paling besar, suara paling keras, dan peristiwa vulkanik yang paling meluluhlantakkan dalam sejarah manusia modern.
Pasalnya, dua pertiga bagian Krakatau runtuh dalam sebuah letusan berantai tersebut hingga melenyapkan sebagian besar pulau di sekelilingnya.
Kekuatan letusan diperkirakana mencapai 30.000 kali bom atom yang meluluhlantahkan Nagasaki dan Hisroshima di akhir Perang Dunia ll. Hingga akhirnya, menimbulkan gelombang pasang (tsunami) setinggi 30 meter di sepanjang pantai barat Banten dan pantai selatan Lampung yang menewaskan 36.417 jiwa.
3. Suara Letusan 1883 Terdengar hingga Radius 4.653 Km
Suara Iedakan dan gemuruh letusan Krakatau terdengar sampai radius 4.653 kilometer, yakni hingga Alice Springs, Australia dan Pulau Rodrigues dekat Afrika. Selain itu, getaran letusan dirasakan sampai Eropa.
4. Menggelapkan Dunia
Letusan Gunung Krakatau yang terletak di Selat Sunda menyebabkan perubahan iklim dunia. Selama dua setengah hari, dunia mengalami kegalapan akibat dari debu vulkanis yang menutupi atmosfer bumi.
Matahari pun bersinar redup sampai setahun berikutnya. Rata-rata suhu global turun 12° C. Hamburan debu pun tampak di langit Norwegia hingga New York.
Pola cuaca tetap tak beraturan selama bertahuntahun dan suhu tidak pernah normal hingga tahun 1888.