
Ilustrasi/Net
RIAU1.COM - Kasus keracunan Makan Bergizi Gratis (MBG) menimbulkan kepanikan di dua sekolah di Kabupaten Gunungkidul. Sejumlah murid SD Negeri Piyaman 3 dan MTs Negeri 4 Wonosari mengalami gejala keracunan setelah menyantap MBG.
Buntut dari insiden itu, dua Sentra Pengolahan dan Penyimpanan Gizi (SPPG) di wilayah ini akhirnya ditutup sementara oleh pihak berwenang.
SPPG pertama yang berhenti beroperasi berlokasi di Kalurahan Jeruk, Kecamatan Wonosari, menyusul laporan keracunan di SDN Piyaman 3. Sehari kemudian, SPPG Kalurahan Siraman disegel setelah kasus serupa menimpa siswa MTs Negeri 4 Wonosari.
Komandan Kodim 0730/Gunungkidul Letkol Inf Rony Hermawan membenarkan penutupan dua fasilitas tersebut.
“SPPG Jeruk mulai tidak beroperasi sejak Minggu (5/10/2025), sedangkan SPPG Siraman mulai Senin (6/10/2025),” jelasnya saat dikonfirmasi Liputan6.com.
Menurut Rony, keputusan ini menjadi peringatan keras bagi seluruh dapur MBG agar benar-benar mematuhi standar keamanan pangan.
“Tentunya semua persyaratan dari BGN (Badan Gizi Nasional) harus dipenuhi sepenuhnya. Salah satunya adalah SLHS (Studi Lingkungan Hidup Sederhana) yang menjadi dasar kelayakan operasional SPPG,” tegasnya.
Ia menambahkan, penerapan standar lingkungan dan kebersihan menjadi kunci untuk memastikan makanan yang disajikan aman bagi peserta didik.
“SPPG tidak boleh hanya memenuhi syarat administrasi, tetapi juga harus memastikan seluruh proses pengolahan, penyimpanan, dan distribusi makanan sesuai dengan standar kesehatan. Pengawasan harus berlapis dan berkelanjutan,” lanjutnya.
Kasus dugaan keracunan ini sempat membuat orang tua siswa khawatir. Sebagian berharap program MBG tetap berjalan, namun dengan pengawasan lebih ketat agar kejadian serupa tak terulang.
Menanggapi hal itu, Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan Gunungkidul kini tengah melakukan evaluasi menyeluruh terhadap seluruh dapur MBG di wilayahnya. Tim gabungan juga telah mengambil sampel makanan untuk diuji di laboratorium guna memastikan sumber penyebab pasti dugaan keracunan.
Letkol Rony menegaskan bahwa Kodim siap mendukung langkah-langkah pengawasan lintas instansi.
“Program MBG sangat baik untuk mendukung gizi anak sekolah. Tapi keselamatan dan kesehatan peserta didik adalah prioritas utama. Kalau ditemukan ada pelanggaran standar, tentu SPPG harus diperbaiki dulu sebelum beroperasi kembali,” pungkasnya.*