Menanam Kesadaran Hijau dari Sekolah, Praktik Kompos di SMP Negeri 47 Pekanbaru

27 Desember 2025
Kepala SMP Negeri 47 Pekanbaru Agus Warsita melihat ember berisi dedaunan busuk yang telah menjadi pupuk kompos kepada Wawako Markarius Anwar pada 23 Desember 2025. Foto: Surya/Riau1.

Kepala SMP Negeri 47 Pekanbaru Agus Warsita melihat ember berisi dedaunan busuk yang telah menjadi pupuk kompos kepada Wawako Markarius Anwar pada 23 Desember 2025. Foto: Surya/Riau1.

RIAU1.COM -Di bawah terik matahari pagi, deretan pot tanaman dan ember-ember sederhana menjadi saksi keseriusan Pemerintah Kota (Pemko) Pekanbaru dalam menanamkan kesadaran lingkungan sejak dini. Di halaman SMP Negeri 47 Pekanbaru, Selasa (23/12/2025), kegiatan praktik pembuatan pupuk kompos berlangsung hangat, melibatkan para pendidik.

Kegiatan ini diinisiasi Dunia Melayu Dunia Islam (DMDI) bekerja sama dengan Dinas Pendidikan (Disdik) Pekanbaru sebagai bagian dari penguatan konsep Pekanbaru Green City. Hadir langsung dalam kegiatan tersebut Wakil Wali Kota Pekanbaru Markarius Anwar, yang memberikan dukungan penuh terhadap edukasi lingkungan berbasis sekolah.

Menurut Markarius, program ini tidak sekadar kegiatan seremonial. Melainkan, program ini langkah strategis mendukung rencana besar Pekanbaru sebagai salah satu kota tuan rumah pertemuan Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle (IMT-GT) yang dijadwalkan berlangsung pada Juni 2026 mendatang. Dari sekitar 32 kota di tiga negara yang tergabung dalam IMT-GT, Pekanbaru dinilai memiliki potensi kuat dalam penerapan prinsip kota hijau.

“Pembangunan berkelanjutan harus dimulai dari sekolah. Di sinilah karakter peduli lingkungan dibentuk,” ujar Markarius. 

Peran DMDI yang mayoritas anggotanya berasal dari kalangan pendidik menjadi sangat strategis dalam memperkuat edukasi lingkungan. Dalam kerangka Green City, Pemko Pekanbaru mendorong sejumlah program prioritas, antara lain pengelolaan energi dari limbah (waste energy), pengembangan transportasi nonmotor, konversi bus berbahan bakar fosil ke bus listrik, serta penguatan pendidikan berbasis lingkungan melalui konsep Green School.

Praktik pembuatan kompos yang dilakukan di SMP Negeri 47 Pekanbaru menjadi contoh konkret penerapan konsep tersebut. Para kepala sekolah yang hadir tidak hanya mendapatkan pemaparan teori. Tetapi, para kepala sekolah juga terlibat langsung dalam proses pembuatan pupuk kompos dari sampah organik.

Kepala SMP Negeri 47 Pekanbaru Agus Warsita menjelaskan, sekolahnya telah mampu memproduksi pupuk organik cair dan padat secara mandiri. Pupuk tersebut dimanfaatkan untuk meremajakan dan menyuburkan tanah sekaligus mengurangi volume sampah.

“Jika setiap sekolah mampu melakukan hal serupa, kami memperkirakan sekitar 750 ton sampah per bulan dapat dieliminasi dan diubah menjadi pupuk yang bermanfaat,” ungkapnya. 

Dengan lahan yang terbatas, SMP Negeri 47 mampu memproduksi kompos setara 100 kaleng cat berukuran 25 kilogram yang dapat diaplikasikan langsung di lingkungan sekolah. Tidak hanya berhenti pada produksi, sekolah juga melibatkan peserta didik secara aktif. 

Pelibatan peserta didik melalui pengumpulan limbah air beras dari rumah untuk diolah menjadi pupuk organik cair. Menariknya, pupuk yang telah jadi sebagian dikembalikan kepada orang tua peserta didik untuk dimanfaatkan pada tanaman di rumah masing-masing.

“Dengan cara ini, anak-anak belajar bahwa sampah rumah tangga pun memiliki nilai guna,” kata Agus.

Bahan kompos terbaik berasal dari beragam unsur organik, seperti kulit pisang, cangkang telur, kulit durian, serta berbagai jenis limbah buah-buahan yang diolah dengan cara diblender. SMP Negeri 47 juga membuka peluang kerja sama dengan warga sekitar yang memiliki lahan pertanian. Melalui subsidi pupuk organik, keberadaan sekolah diharapkan mampu memberikan manfaat ekonomi sekaligus ekologis bagi lingkungan sekitar.

Dari halaman sekolah sederhana itu, Pekanbaru menegaskan komitmennya yaitu membangun kota hijau bukan sekadar wacana. Melainkan, hal itu dimulai dari kebiasaan, pembelajaran, dan keteladanan sejak bangku sekolah.