
Gubernur Riau, Abdul Wahid
RIAU1.COM - Gubernur Riau (Gubri) Abdul Wahid menyampaikan peringatan keras kepada pelaku pembakaran hutan dan lahan (karhutla) di Provinsi Riau.
Peringatan ini tidak hanya ditujukan kepada perusahaan, tetapi juga kepada masyarakat yang masih nekat membuka lahan dengan cara membakar.
Peringatan ini dikeluarkan mengingat sejumlah kabupaten di Riau saat ini mengalami kebakaran lahan. Kabupaten Rokan Hilir tercatat sebagai lokasi karhutla terbanyak, diikuti oleh Rokan Hulu, Kepulauan Meranti, Siak, Pelalawan, Kampar, Indragiri Hulu, Kota Dumai, dan Pekanbaru. Kondisi ini mendesak pemerintah provinsi untuk mengambil tindakan tegas.
"Kami mengimbau masyarakat dan perusahaan untuk tidak membuka dan mengolah lahan dengan cara membakar. Karena saat ini musim kemarau, jika terbakar, akan sangat mudah menyebar dan sulit dikendalikan," kata Gubri Abdul Wahid.
Dia menekankan bahwa ini bukan sekadar pengingat, melainkan sebuah peringatan keras. Gubri tegaskan, jika masyarakat, termasuk perusahaan, terus membakar lahan, akan ada sanksi tegas bagi para pelakunya.
"Jika tidak bisa diingatkan, penegakan hukum akan dilakukan. Saya sudah berkoordinasi dengan Kapolda dan Kejaksaan Tinggi Riau agar tidak ragu menindak tegas pelaku pembakaran lahan, baik oleh masyarakat maupun perusahaan yang membuka lahan dengan cara merusak alam," tegas Abdul Wahid lagi.
Sementara itu, guna memadamkan wilayah yang terkena kebakaran lahan, Gubernur Riau mengatakan telah berkoordinasi dengan BNPB, BPBD, Manggala Agni, dan Forkompimda terkait. Langkah ini bertujuan untuk memastikan karhutla tidak terus meluas dan dampaknya dapat diminimalisir.
"Saat ini kami sedang mempersiapkan beberapa peralatan untuk mengatasi karhutla, termasuk helikopter. Kami sedang menunggu bantuan helikopter yang didatangkan dari Australia dan Palembang untuk melakukan pengeboman air," ujar Abdul Wahid.
Selain upaya pengeboman air dan pemadaman lahan secara langsung, pemadaman karhutla di Riau juga dilakukan dengan metode modifikasi cuaca. Strategi ini difokuskan terutama di wilayah-wilayah yang lahan terbakarnya cukup luas, guna memaksimalkan upaya pemadaman.
"Kami berharap kejadian tahun 2019 tidak terulang kembali, di mana Riau diselimuti kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan. Sehingga aktivitas masyarakat, terutama anak-anak sekolah, tidak terganggu," pungkasnya.*