Sulitnya Sopir Truk di Padang Dapat Bahan Bakar Biosolar

Sulitnya Sopir Truk di Padang Dapat Bahan Bakar Biosolar

25 Maret 2022
Antre di SPBU

Antre di SPBU

RIAU1.COM - Sopir truk angkutan barang mengeluhkan sulitnya mendapatkan bahan bakar biosolar di Padang. 

Mereka terpaksa mengantre selama berjam-jam di sejumlah stasiun pengisian bahan bakar umum atau SPBU demi mendapat bahan bakar subsidi tersebut.
 
Para sopir mengaku, situasi sulitnya mendapatkan bahan bakar itu sudah berlangsung berbulan-bulan. Kekhawatiran itu bertambah-tambah, mengingat bulan Ramadan tinggal menghitung hari.

Pantauan langgam.id di sejumlah SPBU di Kota Padang pada Jumat (25/3/2022), terlihat antrean truk mengular di sepanjang bahu jalan. Antrean itu didominasi oleh truk CPO dan angkutan barang.

Riko (38), salah satu sopir truk mengatakan, bahwa dia antre sejak pukul 11.00 WIB di SPBU Pisang di Jalan Bypass KM 6. Riko mengatakan, saat ini dirinya mendapati bahwa stok solar baru datang pukul 14.00 WIB tadi.
 
“Sudah lama seperti ini, kita sebagai sopir tak bisa berbuat apa-apa selain menunggu lama,” katanya seperti dimuat langgam.id.

Riko juga menyayangkan bahwa kondisi ini seakan dibiarkan berlarut-larut oleh pemerintah. Ia khawatir, menjelang Ramadan ini, kondisi serupa tidak kunjung membaik.

“Kalau bulan puasa tetap seperti ini, sulit sekali rasanya. Belum lagi kebutuhan harian yang terus meningkat,” kata Riko.

Sopir truk pengangkut pupuk subsidi ini mengatakan bahwa dirinya tidak punya pilihan bahan bakar selain biosolar. Sebab, akomodasi dari perusahaan hanya memberikan uang untuk beli biosolar.

“Kalau mau cepat bisa isi dexlite, itu kan harganya lebih tinggi, sedangkan dari induk semang hanya beri uang untuk biosolar,” katanya.
 
Riko menuturkan bahwa sulitnya dapat biosolar hampir terjadi merata di seluruh SPBU di Sumbar. Untuk antisipasi kehabisan bahan bakar dalam perjalanan, Riko coba mengatasinya dengan menyetok tiga jeriken solar.

Ia menyebutkan bahwa perusahaan tempatnya bekerja memberi akomodasi sebesar Rp2 juta untuk sekali trip pulang pergi. Uang itu, sudah termasuk untuk beli bahan bakar.

“Saya hanya dapat Rp800 ribu sekali trip, Rp1,2 juta untuk bahan bakar. Isitilahnya lepas makan saja. Tidak bisa untuk menyimpan,” sebut dia.

Di SPBU Aia Pacah, juga terlihat antrean truk mengular di sepanjang bahu jalan. Antrean itu didominasi truk CPO dan angkutan barang.

Hal serupa juga dialami Hamdan (43). Sopir truk CPO ini sudah antre sejak pukl 10.00 WIB di SPBU Air Pacah. Hingga menjelang sore, gilirannya mengisi bahan bakar belum kunjung tiba.

“Sama saja, di Riau juga antre berjam-jam,” kata Hamdan.

Hamdan mengungkapkan, peraturan hanya membolehkan pengisian bahan bakar maksimal Rp650 ribu. Sehingga, dirinya harus mengisi bahan bakar sebanyak 4 kali pulang pergi, Pekanbaru-Padang.

“Waktu banyak habis di jalan saja. Uang transportasi kita tetap segitu, tidak ada penambahan,” keluhnya.

Menurut Pengawas SPBU Aia Pacah, Zulhedi, kelangkaan bio solar sudah berlangsung dua bulan ini. Zulhedi mengatakan, kuota biosolar di SPBU tersebut tetap normal.

“Kapasitas kita untuk biosolar 16 kiloliter sehari. Tidak ada penambahan dan pengurangan,” katanya.

Zulhedi tidak tahu persis penyebab sulitnya sopir truk memperoleh biosolar. “Ini juga terjadi di banyak SPBU lainnya,” kata dia.