Dari Dua Ekor Sapi Jadi Puluhan, Sartijan dan Cerita Sukses Kelompok Ternak Rizki Mandiri

14 Juni 2025
Dari Dua Ekor Sapi Jadi Puluhan, Sartijan dan Cerita Sukses Kelompok Ternak Rizki Mandiri

Dari Dua Ekor Sapi Jadi Puluhan, Sartijan dan Cerita Sukses Kelompok Ternak Rizki Mandiri

RIAU1.COM -Berbekal kemauan kuat dan pengalaman sejak kecil merawat sapi milik orang tuanya, kini Sartijan sukses menjadi salah satu peternak sapi paling berhasil di desanya, Desa Gunung Sari, Kecamatan Gunung Sahilan, Kabupaten Kampar.

Sebelum menjadi peternak sapi, Sartijan telah melakoni pekerjaan lain untuk kehidupan sehari-hari.

Saat mengetahui peluang yang ditawarkan PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) melalui Program Mitra Bina Community Development (CD) Department, Sartijan tertarik dan bergabung dengan Kelompok Ternak Sapi Rizki Mandiri di tahun 2015. Seperti anggota lainnya, saat itu Sartijan mendapat bantuan bergulir berupa dua ekor sapi.

Dengan pendampingan intensif dari RAPP dan manajemen ternak yang baik, di tangan Sartijan, dua ekor sapi bantuan bergulir itu telah berkembang menjadi puluhan ekor sapi.

“Saya terlahir dari keluarga petani, sejak kecil sudah diberikan pendidikan alam untuk bertani dan beternak, jadi secara tidak langsung pengetahuan dan pengalaman itu saya dapatkan dari didikan orang tua. Bersyukur juga RAPP telah membantu saya dan warga lainnya dalam usaha ini,” sebut Sartijan membuka cerita saat ditemui di kediamannya, akhir Mei lalu.

Sejak awal tahun 2000, Program Mitra Bina RAPP memang telah membawa dampak positif bagi masyarakat Desa Gunung Sari. Kelompok Ternak Sapi Rizki Mandiri salah satunya, yang awalnya hanya beranggotakan lima orang, kini sudah 25 orang.

Manfaat program tidak hanya berhenti pada Sartijan, yang juga Ketua Kelompok Ternak Sapi Rizki Mandiri, tapi semua anggota kelompok juga merasakan manisnya ketekunan merawat ternak dengan dukungan yang diperoleh dari beragam pendampingan dan bantuan RAPP. Model pemberdayaan ini menunjukkan bagaimana kolaborasi antara perusahaan, komunitas, dan individu bisa menciptakan pertumbuhan usaha yang berkelanjutan.

Sartijan selaku ketua kelompok memang tegas, mewajibkan setiap anggota mengikuti pelatihan, baik dasar maupun lanjutan, untuk meningkatkan kemampuan teknis beternak sapi. Materi pelatihan yang langsung diberikan oleh dokter hewan dari RAPP, mencakup cara pemberian pakan, mengenali gejala penyakit ternak, hingga pengelolaan kesehatan hewan.

“Kami sangat terbantu dengan adanya pendampingan dokter hewan yang rutin memantau kesehatan ternak. Bahkan, kami juga dibantu mencarikan pasar sehingga kami bisa fokus menyediakan sapi sesuai permintaan,” ujar Sartijan.

Katanya, momen Iduladha menjadi puncak penjualan sapi bagi kelompok mereka. Dalam satu musim kurban, mereka bisa memasok hingga 70–80 ekor sapi ke berbagai masjid, termasuk kepada masjid yang berada di Riau Kompleks PT RAPP. Harga jual rata-rata per ekor sapi sekitar Rp19 juta. Maka dalam hitungan kasar, omzet kelompok ternak ini bisa mencapai sekitar Rp1,2 miliar di momen Iduladha.

Tidak hanya fokus pada keuntungan utama, kelompok ini juga memanfaatkan limbah peternakan, yakni kotoran sapi, untuk diolah menjadi kompos. Inisiatif ini lahir dari pendampingan RAPP yang mendorong pemanfaatan hasil samping untuk mendukung ekonomi sirkular di tingkat desa.

Jeni Febrianto, Agribusiness Program Officer CD?RAPP, sekaligus dokter hewan yang berperan sentral dalam mendampingi peternak binaan secara menyeluruh, rutin melakukan kunjungan ke para peternak mitra bina. Selain memastikan kesehatan ternak, Jeni juga memantau setiap aspek perkembangan kelompok, mulai dari sistem pemeliharaan hingga strategi pemasaran.

“Kami rutin melakukan kunjungan setiap dua bulan sekali. Tugas kami tidak hanya memeriksa kesehatan ternak. Program ini juga memastikan bagaimana kelompok berkembang. Mulai dari sistem pemeliharaan, pengolahan pakan, hingga sistem pemasaran,” ungkap Jeni, sembari menegaskan pentingnya pendekatan holistik dalam pemberdayaan peternak.

Pendampingan dari RAPP secara signifikan telah meningkatkan kesadaran anggota kelompok akan praktik peternakan dalam menjaga kesehatan ternak dan mengelola pakan. Selain itu, kini peternak juga menanam sendiri Hijauan Makanan Ternak (HMT), sehingga pasokan pakan lebih bersih dan minim risiko kontaminasi penyakit.

Head of CD Department RAPP, Ferdinand Leohansen Simatupang menyampaikan bahwa keberhasilan Kelompok Ternak Sapi Rizki Mandiri merupakan cerminan dari sinergi yang kuat antara masyarakat dan perusahaan. Menurutnya, pendampingan yang dilakukan oleh RAPP melalui Program Mitra Bina tidak hanya memberikan pelatihan teknis, tetapi juga membangun semangat kewirausahaan di kalangan peternak lokal.

“Kami percaya bahwa ketika masyarakat dibekali dengan pengetahuan yang tepat dan pendampingan yang konsisten, maka mereka dapat berkembang secara mandiri dan berkelanjutan. Kelompok Ternak Sapi Rizki Mandiri adalah contoh konkret bagaimana kolaborasi yang solid mampu mendorong pertumbuhan ekonomi berbasis potensi lokal,” ungkap Leo, panggilan akrabnya.

Lebih lanjut Leo menambahkan, pendekatan yang dilakukan RAPP dalam Program Mitra Bina bukan sekadar memberikan bantuan, tetapi membentuk ekosistem yang memungkinkan masyarakat mengelola usahanya dengan cara yang lebih profesional. RAPP secara aktif mendorong pemanfaatan sumber daya lokal dan hasil samping, seperti limbah ternak, untuk mendukung ekonomi sirkular di tingkat desa.

“Ke depan, kami berharap lebih banyak kelompok seperti Rizki Mandiri yang lahir dan berkembang, sehingga semangat kemandirian ini bisa menjadi budaya baru di tengah masyarakat pedesaan. Kami di RAPP akan terus berkomitmen untuk menjadi mitra yang hadir dan tumbuh bersama masyarakat,” tutupnya.

Kisah sukses Sartijan dan Kelompok Ternak Sapi Rizki Mandiri menjadi gambaran nyata bagaimana kolaborasi antara sektor swasta dan komunitas mampu mendorong pertumbuhan ekonomi lokal secara inklusif.

Inisiatif ini juga sejalan dengan visi besar APRIL2030 untuk menciptakan masa depan yang berkelanjutan melalui pemberdayaan masyarakat dan pemanfaatan potensi lokal. ***