Dugaan Ketua PWI Batam Dikeroyok saat Bahas Sertifikasi Wartawan

15 Juni 2025
Ilustrasi/net

Ilustrasi/net

RIAU1.COM - Acara bertajuk Klarifikasi Pers yang digelar oleh sekelompok orang mengaku sebagai wartawan berakhir ricuh. 

Forum yang diadakan di Ballroom Lavender, Swiss-Belhotel Harbour Bay, Sabtu, 14 Juni 2025, semula ditujukan untuk diskusi terkait narasi “Wartawan Bukan Preman”, namun berubah panas setelah Ketua PWI Batam, M. Khafi Ashary, menegaskan pentingnya sertifikasi wartawan sesuai ketentuan Dewan Pers.  

Khafi menyatakan bahwa tanpa sertifikasi, aktivitas jurnalistik dapat diindikasikan sebagai premanisme berkedok wartawan. 

Pernyataan itu memicu reaksi keras dari peserta, memicu keributan. Dalam video yang beredar, terlihat Khafi dipukuli saat berusaha dievakuasi oleh unit Intelkam Polsek Batu Ampar.  

Anggota PWI Batam, Faisal, mencoba melindungi Khafi namun mengalami cedera di kaki akibat terdorong dan terjatuh.  

Dalam keterangannya, Khafi menyayangkan insiden tersebut dan menegaskan PWI Batam tidak akan toleran terhadap praktik premanisme.  

“Kami tidak akan diam. Forum yang seharusnya menjadi ruang diskusi intelektual justru diwarnai intimidasi dan kekerasan. Ini bukan diskusi, ini premanisme,” tegasnya yang dimuat Batamnews.

Ia menjelaskan, Uji Kompetensi Wartawan (UKW) sebagai syarat legalitas profesi telah diatur dalam Peraturan Dewan Pers Nomor 1 Tahun 2010. Namun, peserta forum menolak penjelasan tersebut dan tidak membuka ruang diskusi sehat.  

“Kalau diskusi seperti ini, kita tidak akan pernah sampai ke titik terang. Karena itu, saya memilih walk out,” ujar Khafi.  

Khafi juga mengaitkan insiden ini dengan masa Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB), di mana oknum tidak bertanggung jawab kerap menekan sekolah.  

“Justru kejadian ini membuktikan premanisme yang selama ini dikeluhkan guru, terlebih saat PPDB,” tambahnya.  

Sebelumnya, pada Mei 2025, sejumlah kepala sekolah di Kepri melaporkan intimidasi dan pemerasan oleh oknum wartawan. Khafi menegaskan bahwa kritik PWI ditujukan kepada pelaku kriminal, bukan wartawan profesional.*