Program MBG di Bintan, Ditemukan Beras Berulat

6 November 2025
Ilustrasi/Net

Ilustrasi/Net

RIAU1.COM - Satuan Tugas (Satgas) Makan Bergizi Gratis (MBG) Bintan meninjau dapur Sentra Penyedia Pangan Gizi (SPPG) di Kelurahan Sei Lekop, Bintan Timur, Kamis (6/11) pagi.

Peninjauan dilakukan menyusul laporan temuan beras berulat dan berkutu beberapa hari sebelumnya.

Sekretaris Daerah (Sekda) Bintan sekaligus Ketua Satgas MBG, Ronny Kartika, memastikan pihak penyedia beras telah ditegur dan diingatkan untuk memenuhi standar kualitas bahan pangan yang ditetapkan pemerintah daerah.

Dari hasil kunjungan, Satgas memberikan sejumlah catatan penting. Antara lain, belum adanya tempat pembuangan sampah sementara yang memadai dan area pencucian omprengan yang masih dilakukan di luar ruangan. Limbah sabun dari kegiatan itu dikhawatirkan mengalir ke parit di sekitar dapur.

Satgas juga menekankan pentingnya penerapan standar operasional prosedur (SOP), termasuk memastikan kasa antar-ruangan tertutup rapat hingga ke bawah agar lalat tidak masuk ke area dapur dan pemorsian makanan.

Ronny meminta Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Bintan untuk mendampingi pihak pengelola SPPG dalam pembenahan sistem limbah, standarisasi cuci piring, dan tata kelola kebersihan lingkungan.

“Kita akan terus memantau pembenahan SPPG lewat camat,” tegas Ronny.

Sekretaris DLH Bintan, Nepy Purwanto, menyarankan agar ada pekerja yang ditugaskan memilah sampah untuk meningkatkan nilai ekonomisnya, sekaligus menjalin kerja sama dengan Bank Sampah. Ia juga mengingatkan agar limbah cair tidak dibuang sembarangan.

“Bisa jadi bom waktu jika limbah cucian mengalir ke parit,” ujarnya yang dimuat Batampos.

Sementara itu, penanggung jawab SPPG Sei Lekop, Agus Afriyanto alias Awi, mengapresiasi perhatian Satgas MBG. Ia berjanji akan lebih selektif dalam menerima bahan pangan, termasuk beras dari pemasok.

“Kalau ada temuan, kami langsung lapor ke Satgas,” ujarnya.

Agus menjelaskan, tempat penampungan limbah cuci piring sebenarnya sudah tersedia, namun akan diperbaiki agar lebih efektif dalam menyaring minyak dan sisa makanan.

“Tempat limbah sudah ada, tapi akan disempurnakan lagi sesuai saran Satgas,” katanya.

Ia juga mengakui, pencucian omprengan sempat dilakukan di luar karena ruang dapur terbatas. Untuk mengatasinya, pihak yayasan disebut telah menyalurkan dana pembangunan kanopi tambahan di area cuci piring.

“Uangnya sudah ditransfer dari yayasan, mudah-mudahan bisa segera dibangun,” harapnya.

Agus menambahkan, sampah organik selama ini disalurkan ke peternak sebagai pakan, sementara sampah plastik dan anorganik dijual oleh petugas kebersihan.

“Kami juga akan menambah kasa di bagian bawah untuk mencegah lalat masuk,” tutupnya.*