Ternyata HIV Masuk 10 Besar Penyakit Terbanyak di Batam

1 Oktober 2025
Ilustrasi/Net

Ilustrasi/Net

RIAU1.COM - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Batam mengingatkan masyarakat untuk tidak lengah terhadap ancaman penyakit menular. Hingga September 2025, kasus infeksi HIV masih masuk dalam 10 besar penyakit terbanyak yang dilayani di fasilitas kesehatan milik pemerintah.

Kepala Dinkes Batam, dr. Didi Kusmarjadi, menyebut data per September 2025 mencatat 692 pasien HIV yang ditangani Puskesmas se-Kota Batam. Mereka terdiri dari 568 laki-laki dan 124 perempuan.

“Ini angka yang cukup tinggi. HIV tetap jadi perhatian utama, dan tidak bisa dianggap sepele,” tegas Didi, Selasa (30/9) yang dimuat Batampos.

Jika dibandingkan bulan sebelumnya, terjadi penurunan kasus. Pada Agustus 2025, jumlah pasien HIV yang tercatat mencapai 904 kasus, terdiri dari 724 laki-laki dan 180 perempuan.

Meski demikian, kata Didi, masyarakat tidak boleh terlena. Menurunnya jumlah kasus belum tentu berarti risiko berkurang. “HIV adalah penyakit menular dengan dampak jangka panjang. Pencegahan tetap yang utama,” katanya.

Didi menegaskan, saat ini Kota Batam menghadapi tantangan ganda di sektor kesehatan. Di satu sisi, penyakit tidak menular seperti hipertensi dan diabetes mendominasi jumlah kunjungan. Di sisi lain, penyakit menular seperti HIV, ISPA, dan diare terus muncul.

“Kalau hipertensi itu karena pola hidup, HIV lebih kepada perilaku dan pemahaman masyarakat terhadap pencegahan penularan. Keduanya harus ditangani bersama,” jelasnya.

Dinkes juga meminta masyarakat tidak mengabaikan gejala apa pun yang muncul. Pemeriksaan rutin dan deteksi dini bisa mencegah kondisi lebih serius.

“Kami dorong masyarakat tidak takut datang ke Puskesmas. Jangan tunggu parah baru periksa. Lebih cepat ditangani, lebih baik,” tegas Didi.

Selain itu, ia mengingatkan pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), menjaga kebersihan lingkungan, dan tidak berbagi alat pribadi yang berpotensi menularkan penyakit.

Untuk memperkuat kebijakan kesehatan, Didi menyebut data bulanan dari sistem e-Puskesmas akan terus dijadikan dasar intervensi program prioritas, baik untuk pencegahan maupun pengobatan.

“Dengan data ini, kita bisa fokus ke wilayah atau kelompok yang paling membutuhkan intervensi. Program jadi lebih tepat sasaran,” pungkasnya.*