Kebijakan China Picu Indonesia Tak Lagi Jadi Tempat Sampah AS

19 Juni 2019
petugas kebersihan di Pasar Pagi Arengka (Foto: Zar/Riau1.com)

petugas kebersihan di Pasar Pagi Arengka (Foto: Zar/Riau1.com)

RIAU1.COM -Kebijakan beberapa negara Asia Tenggara termasuk Indonesia menolak sampah berbahaya milik Amerika Serikat menurut The Economist, Selasa, 18 Juni 2019 dipicu oleh Pemerintah China.

Dikutip dari kumparan.co.id, China yang merupakan produsen pengolahan sampah daur ulang terbesar di dunia menghentikan impor sampah dari AS dan Eropa sejak tahun 2017.


Akibat keputusan ini, nilai perdagangan sampah plastik dan kertas bekas dunia sebesar USD 24 miliar per tahun menjadi mati.

Sehingga pemilik sampah mencari pembeli baru di kawasan Asia Tenggra. Namun industri pengolahan sampah daur ulang pada kawasan tersebut tak besar. 

Industri pengolahan kemudian kelebihan pasokan dan sampah menumpuk di tempat pembuangan. Hal inilah yang memicu larangan impor dari negara-negara ASEAN.

Baru-baru ini Indonesia sendiri mengembalikan lima kontainer berisi sampah ke Amerika Serikat (AS) dari Pelabuhan Tanjung Perak ke Pelabuhan Seattle, AS, yang transit terlebih dahulu di Pelabuhan Shanghai, China.

Pengembalian dilakukan karena kelima kontainer tersebut tidak sesuai ketentuan dalam dokumen.

Kelima kontainer tersebut berisi campuran sampah rumah tangga lainnya yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3), mulai dari kemasan minyak goreng dari plastik, botol bekas infus dari plastik, sepatu bekas, kemasan oli bekas, hingga botol minum sekali pakai.

Langkah itu juga dilakukan oleh Malaysia yang menolak dan mengirim balik 3.000 ton sampah plastik milik AS. Begitu juga dengan Thailand. Tahun 2021 akan melarang impor sampah plastik pada 2021 dan diikuti oleh Vietnam.