Ini Beberapa Penyebab Harga Minyak Sawit Mentah Anjlok

Ini Beberapa Penyebab Harga Minyak Sawit Mentah Anjlok

28 Juni 2022
Ilustrasi/Net

Ilustrasi/Net

RIAU1.COM - Harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) turun di sesi awal perdagangan pada Selasa (28/6/2022), setelah kemarin harga CPO melonjak 6,5%.

Mengacu pada data Refinitiv, pukul 08:20 WIB, harga CPO dibanderol di level MYR 4.876/ton atau turun 0,93%.

Pada Senin (27/6), harga minyak sawit berjangka di Bursa Malaysia Derivatives Exchange ditutup melesat 6,5% dan menutup beberapa kerugian pekan lalu.

Harga CPO berakhir di MYR 4.922/ton (US$1.117,42/ton). Padahal, pekan lalu harga CPO sempat ambles 14,5% dan menjadi penurunan secara mingguan terbesar sejak Maret 2022.

Melonjaknya harga CPO kemarin didukung oleh kenaikan harga minyak nabati saingan dan beberapa pabrik CPO di Malaysia ditutup.

Harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade naik 0,7% dan kontrak kedelai Daian juga menguat tipis 0,5%.

Selain itu, beberapa pabrik kelapa sawit di Malaysia, sementara ini telah menghentikan produksinya setelah harga CPO anjlok.

Di sepanjang bulan Juni, harga CPO telah ambles 21,76% menjadi penurunan terbesar selama 13 tahun atau sejak krisis keuangan pada 2008 lalu. Harga CPO jatuh dari posisi tertinggi bulan ini di MYR6.632/ton menjadi MYR4.922/ton dan menghapus sebagian besar kenaikan pada tahun ini.

Menurut Presiden Asosiasi Penggilingan Minyak Sawit Malaysia (POMA) Steven Yow bahwa pabrik CPO Malaysia membeli Tandan Buah Sawit (TBS) berdasarkan harga pasar harian.

"Tidak ada pabrik yang mampu membeli TBS dengan harga ini," tambahnya.

Dia juga memprediksikan jika CPO diperdagangkan dengan harga saat ini, maka pabrik akan merugi karena adanya biaya produksi yang tinggi karena krisis tenaga kerja. 

Diproyeksikan pabrik CPO Malaysia akan merugi sekitar MYR150.000 (US$34.067) untuk setiap 100 ton CPO yang diproduksi karena saat ini pembeli menawarkan harga sekitar MYR4.700/ton.

Yow juga memprediksikan bahwa pabrik mungkin akan menghentikan produksi selama satu hingga dua pekan terutama pabrik independen yang bersumber dari petani kecil.

"Situasi seperti ini belum pernah terjadi sebelumnya dalam 35 tahun terakhir," tambahnya.

Namun, harga CPO hari ini yang kembali turun telah diprediksikan oleh Refinitiv Agriculture Research. Mereka memprediksikan harga CPO pada pekan ini akan berada di level MYR 4.800/ton dengan titik resistance berada di MYR5.400/ton.

Hal tersebut dipicu oleh tingginya produksi CPO Indonesia dan Malaysia. Tercatat bahwa Indonesia telah memiliki persediaan 6,1 juta pada April yang melonjak 7,4% dari bulan sebelumnya. Selain itu, produksi CPO Malaysia juga melesat 17,2% pada periode 1-25 Juni 2022 ketimbang periode yang sama dibulan sebelumnya.

Refinitiv Agriculture Research juga memprediksikan bahwa melonjaknya harga CPO di awal Juni telah didorong oleh hambatan pasokan minyak nabati karena perang Rusia dan Ukraina dan cuaca yang buruk, tapi perkembangan saat ini seperti suku bunga acuan yang naik di beberapa negara dan ekspor CPO Indonesia yang telah membanjiri pasar nabati telah memicu koreksi harga yang tajam.**