
Ketua Umum Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU), Muhammad Agil Nuruz Zaman
RIAU1.COM - Poros Pelajar yang dipimpin Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) menduga produk baki makanan (food tray) impor dari China yang digunakan dalam program Makanan Bergizi (MBG) tidak halal. Sehubungan dengan itu, IPNU menunggu hasil uji laboratorium untuk memastikan kehalalan food tray impor.
Ketua Umum Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU), Muhammad Agil Nuruz Zaman mengatakan, yang jelas temuan khusus pada food tray untuk MBG perlu didalami dan diteliti lebih lanjut.
"Kalau halal produknya (seperti food tray maka), bahan-bahannya (saat proses pembuatan food tray) perlu kita teliti lebih dalam lagi," kata Agil kepada Republika di Kemenag, Jakarta, Senin (25/8/2025) yang dimuat Republika.
Agil mengungkapkan, proses pembuatan food tray di China dicurigai menggunakan bahan yang tidak halal. Dia mengatakan, pelumas yang digunakan dalam proses pembuatan food tray, belum ada kejelasan menggunakan apa.
Di tempat yang sama, Anggota IPNU, Ahmad Muzakki Wafa mengatakan, food tray impor sedang diuji di laboratorium Sucofindo. Hasilnya akan keluar dalam waktu satu sampai dua hari.
"Jadi kalau untuk dari hasil MSDS (Material Safety Data Sheet atau Lembar Data Keselamatan Bahan) itu, salah satunya itu mengandung (minyak) babi ya, diduga," ujar Wafa.
Wafa menegaskan, sehubungan dengan temuan di MSDS, perlu dipastikan lagi hasil uji laboratorium di Sucofindo. Ia menambahkan ada dua sampel food tray yang diperiksa dari China.
Wafa mengatakan tujuan memastikan kehalalan food tray untuk menjaga umat Islam dari sesuatu yang tidak halal. Termasuk menjaga para pelajar Muslim sebagai penerima manfaat program MBG agar terhindar dari sesuatu yang tidak halal.
Ia menjelaskan bahwa proses mencetak food tray di China itu menggunakan minyak sebagai pelumas dalam proses melenturkan bahan food tray. Minyak pelumas ini berasal dari hewan sehingga diduga tidak halal.
Ia menambahkan, food tray produk lokal pelumasnya yang dipakai untuk proses pencetakan menggunakan minyak nabati. "Ketika (food tray) dibentuk, dicetak itu, jadi itu perlu pelumas untuk itu atau minyak, kira-kira begitu," ujar dia.
IPNU dorong Mendag
Sebelumnya, Ketua Umum IPNU, Muhammad Agil Nuruz Zaman mengatakan, pihaknya bersama Pengurus Besar Pelajar Islam Indonesia (PB PII), Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM), dan anggota Poros Pelajar lainnya telah melayangkan surat kepada Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso
"Kami bersurat kepada Menteri Perdagangan, yang poin isinya adalah untuk merekomendasikan terkait program MBG, khususnya produk food tray ini lebih mendukung kepada pengusaha lokal Indonesia agar anggaran-anggaran negara ini tidak menguap di luar negeri, belanja produknya dari Indonesia, bahannya dari Indonesia dan juga dicetak di Indonesia," kata Agil, Senin (25/8/2025)
Selain itu, Agil juga menekankan pentingnya jaminan kesehatan dan kehalalan produk khususnya food tray untuk MBG. Sehubungan dengan itu, IPNU bersama Poros Pelajar merekomendasikan dan memberikan saran kepada menteri perdagangan agar food tray terjamin keamanannya, kesehatannya dan kehalalannya.
Ia mengingatkan, Indonesia merupakan negara dengan 80 persen lebih penduduknya mayoritas Muslim. Karena itu, bagi masyarakat Indonesia, produk yang aman bukan produk yang hanya sehat, tapi juga produk yang halal.
"Kurang lebih poinnya itu kami menekankan dan mendukung penuh produsen-produsen food tray dalam negeri untuk bersaing dan juga mendapatkan posisi dan perannya di negara kita tercinta ini," ujar Agil.
Agil menegaskan, produk harus ada Standar Nasional Indonesia (SNI). Dalam hal ini, harus negara yang menjamin agar produk yang masuk ke Indonesia punya SNI. Termasuk food tray untuk MBG harus ada SNI-nya.
Menurut Agil. Poros Pelajar dalam agenda hari ini hanya berkirim surat ke menteri perdagangan untuk merekomendasikan dan memberikan semacam saran kepada Kemendag. Agar produser-produser dalam negeri diberi ruang untuk memasarkan produknya.
"Jadi sifatnya merekomendasi dan mendorong Kementerian Perdagangan, ayo dong, stop impor, jangan pakai produk luar negeri, kita mampu loh," ujarnya.
Agil menegaskan bahwa produser dalam negeri akan kalah bersaing jika produk dari luar negeri terus membanjiri Indonesia.*