Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia
RIAU1.COM - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia buka suara terkait bahan bakar alternatif Bobibos (Bahan Bakar Original Buatan Indonesia, Bos).
“Kita lagi pelajari dulu ya,” ujar Bahlil usai rapat kerja bersama Komisi XII DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (11/11/2025), dikutip dari Republika.co.id, Rabu (12/11/2025).
Bahlil mengatakan pemerintah masih melakukan kajian menyeluruh terhadap produk tersebut sebelum mengambil langkah lanjutan.
Sebelumnya, anggota Komisi XII DPR RI Jalal Abdul Nasir meminta Kementerian ESDM menindaklanjuti munculnya bahan bakar alternatif bernama Bobibos. Dalam rapat kerja bersama Bahlil dan jajaran, legislator dari Fraksi PKS itu menilai Bobibos memiliki potensi besar sebagai energi masa depan karena berasal dari bahan nabati dengan kadar oktan tinggi.
Ketua Komisi XII Bambang Patijaya meminta Kementerian ESDM menampung usulan tersebut dan memberikan jawaban resmi secara tertulis kepada DPR. Ia menilai, keterlibatan pemerintah penting agar inovasi energi lokal mendapat pendampingan dan penilaian objektif sesuai ketentuan.
Kementerian ESDM melalui Dirjen Migas Laode Sulaeman menyatakan, Bobibos saat ini belum memiliki sertifikasi resmi. Pengujian yang dilakukan di laboratorium Lemigas, kata Laode, belum dapat dijadikan dasar untuk peredaran produk karena hasilnya masih bersifat tertutup antara pengembang dan lembaga penguji.
Kementerian ESDM melalui Dirjen Migas Laode Sulaeman menyatakan, Bobibos saat ini belum memiliki sertifikasi resmi. Pengujian yang dilakukan di laboratorium Lemigas, kata Laode, belum dapat dijadikan dasar untuk peredaran produk karena hasilnya masih bersifat tertutup antara pengembang dan lembaga penguji.
“Untuk menguji suatu BBM hingga dinyatakan layak itu butuh waktu minimal delapan bulan,” kata Laode.
Laode menjelaskan, hasil uji teknis yang dilakukan tidak berarti produk tersebut telah mendapat izin edar. Ia menegaskan, laporan hasil uji berbeda dengan sertifikasi. Masyarakat diimbau menunggu keputusan resmi pemerintah.
Praktisi migas Hadi Ismoyo menilai setiap produk bahan bakar yang beredar wajib memenuhi standar mutu yang ditetapkan negara. Menurutnya, ada tiga tahapan penting yang harus dilalui, yakni pengujian dan sertifikasi mutu, perizinan usaha, serta pengawasan distribusi dan penjualan di masyarakat.
Ia menegaskan, sistem pengujian dan sertifikasi tersebut merupakan bagian dari mekanisme nasional untuk menjaga keselamatan konsumen dan kepastian hukum bagi pelaku usaha. Proses panjang itu juga dirancang untuk memastikan hanya bahan bakar yang memenuhi standar teknis dan lingkungan yang dapat beredar secara resmi di pasar energi nasional.
Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menyatakan siap bekerja sama dengan pendiri bahan bakar alternatif Bobibos. Komitmen itu disampaikan Dedi usai bertemu dengan Founder Bobibos M Iklas Thamrin dalam uji coba produk Bobibos, sebagaimana dikutip dari akun Instagram resmi miliknya, Rabu (12/11/2025).
Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menyatakan siap bekerja sama dengan pendiri bahan bakar alternatif Bobibos. Komitmen itu disampaikan Dedi usai bertemu dengan Founder Bobibos M Iklas Thamrin dalam uji coba produk Bobibos, sebagaimana dikutip dari akun Instagram resmi miliknya, Rabu (12/11/2025).
“Dua minggu panen, kita langsung kerja sama dan langsung dibuatkan bahan bakar. Nanti bahan bakar akan diproduksi massal, kita akan MoU, tidak perlu lewat lembaga pemerintah, lama. Pakai lembaga KDM saja,” ujar pria yang akrab disapa KDM itu melalui akun Instagram-nya.
Iklas menjelaskan bahan bakar tersebut dibuat dari limbah jerami. Pemilihan bahan baku dilakukan melalui riset panjang dengan mempertimbangkan jumlah ketersediaan, kemudahan mendapatkan bahan, dan efisiensi harga pokok produksi (HPP).
“Bagaimana bahan baku ini kita cari yang melimpah, supaya tidak perlu menyuruh masyarakat menanam. Basisnya sawah menghasilkan padi dan jerami, itu yang kita manfaatkan,” ujar Iklas.
Menurutnya, keputusan menggunakan jerami sebagai bahan utama dinilai tepat karena tidak membuat HPP membengkak. Dengan demikian, harga jual Bobibos diharapkan bisa lebih rendah dibanding bahan bakar lain.*