Seluruh Negeri Bersatu Dukung 3 Pemain Inggris yang Dilecehkan secara Rasis setelah Gagal Eksekusi Penalti, Bikin Perdana Menteri dan Pangeran William Naik Pitam

Seluruh Negeri Bersatu Dukung 3 Pemain Inggris yang Dilecehkan secara Rasis setelah Gagal Eksekusi Penalti, Bikin Perdana Menteri dan Pangeran William Naik Pitam

13 Juli 2021
ilustrasi

ilustrasi

RIAU1.COM - Seluruh negeri bersatu mendukung tiga bintang lapangan yang mengalami pelecehan rasis karena kegagalan penalti di Euro 2020.

Marcus Rasford (21), Jadon Sancho (20), Bukayo Saka (19), mendapati diri mereka dihina habis-habisan karena gagal mengeksekusi penalti.

Perdana Menteri Inggris ikut naik darah setelah ketiga pemain Inggris dimaki-maki oleh para pendukungnya. 

“Kepada mereka yang mengarahkan pelecehan rasis pada beberapa pemain, saya mengatakan Anda harusnya malu pada diri sendiri,” ujarnya.

Boris Johnson memuji para pemain Inggris sebagai pahlawan. Meskipun sedih, Perdana Menteri Inggris itu mengaku bangga.

Pangeran William dan istrinya yang ikut hadir di pertandingan, ikut naik darah atas pelecehan yang diterima oleh ketiga pemain klub kesayangannya.

“Saya muak dengan pelecehan rasis yang ditujukan kepada pemain Inggris setelah pertandingan tadi malam. Benar-benar tidak dapat diterima bahwa para pemain harus menanggung perilaku menjijikkan ini. Ini harus dihentikan sekarang dan semua yang terlibat harus bertanggung jawab,” katanya.

Kapten Inggris, Harry Kane (27) memberikan dukungan terhadap tiga pemain muda yang kini dirundung kesedihan itu.

“Tiga pemuda yang brilian sepanjang musim panas memiliki keberanian untuk melangkah & mengambil pena ketika taruhannya tinggi,” tulisnya di Twitter.

Loading...

“Mereka pantas mendapatkan dukungan & dukungan dan bukan pelecehan rasis keji yang mereka alami sejak tadi malam. Jika Anda melecehkan siapa pun di media sosial, Anda bukan penggemar Inggris dan kami tidak menginginkan Anda,” tambah Kane.

Saka (19) pemain termuda dari tiga yang dilecehkan sempat menangis setelah gagal mengeksekusi penalti melawan Italia. 

Di kampung halaman Rashford, sebuah mural bergambar dirinya habis dicorat coret oleh hinaan rasis. Namun, pendukungnya berbondong-bondong menghapus dan mengubahnya menjadi kalimat dukungan indah.

“Pesan yang saya terima hari ini sangat positif dan melihat tanggapan di Withington membuat saya hampir menangis. Saya Marcus Rashford, 23 tahun, pria kulit hitam dari Withington dan Wythenshawe, Manchester Selatan. Jika saya tidak punya apa-apa lagi, saya punya itu,” kata Rashford.