Meski Lahan Tak Pernah Terbakar, PTPN V Tetap Siagakan 55 Embung

Meski Lahan Tak Pernah Terbakar, PTPN V Tetap Siagakan 55 Embung

25 Juni 2021
CEO PTPN V Jatmiko K Santosa memeriksa selang peralatan pemadam kebakaran di salah satu unit kebun perusahaan. Foto: Istimewa.

CEO PTPN V Jatmiko K Santosa memeriksa selang peralatan pemadam kebakaran di salah satu unit kebun perusahaan. Foto: Istimewa.

RIAU1.COM -PT Perkebunan Nusantara (PTPN) V menyatakan telah menyiagakan sebanyak 55 embung (waduk) yang tersebar di seluruh unit perkebunan perusahaan milik negara tersebut. Embung ini sebagai bagian dari upaya membantu pemerintah memerangi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Riau. 

"Selama 25 tahun berdiri, areal PTPN V tidak pernah terbakar. Kami terus mengendepankan langkah pencegahan, termasuk diantaranya menyiapkan 55 embung dengan beragam ukuran. Ini bisa menjadi sumber air saat dibutuhkan baik oleh internal maupun satgas di luar Perusahaan," kata Chief Executive Officer PTPN V Jatmiko K Santosa dalam keterangan tertulisnya di Pekanbaru, Kamis (24/6/2021). 

Keberadaan embung menjadi vital. Pasalnya, salah satu masalah yang kerap dihadapi satuan tugas (Satgas) ketika menghadapi karhutla adalah minimnya sumber air. Embung ini digunakan Satgas darat maupun Satgas udara dalam melakukan pemadaman karhutla menggunakan helikopter pengebom air. 

Untuk itu, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau terus mendorong pembangunan sumber-sumber air baru di lokasi rawan karhutla, baik itu melalui pembuatan sumur bor, sekat kanal, maupun embung-embung air yang masif dilakukan dalam beberapa tahun terakhir. PTPN V telah memiliki puluhan embung dengan beberapa di antaranya berukuran cukup besar yang dapat dimanfaatkan sebagai tempat penampungan air. Embung ini menjadi bagian dari sarana dan prasarana yang dimiliki perusahaan untuk terus dalam kondisi siap dan siaga menghadapi musim kering tiba. 

"Kita semua dalam status siaga. Jangan sampai lengah dan terus meningkatkan kewaspadaan agar langit Riau tetap biru tahun ini," ujar Jatmiko yang juga merupakan ketua GAPKI Riau tersebut.

Berdasarkan prakiraan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru, Provinsi Riau kembali memasuki musim kering gelombang paruh kedua pada Juni hingga September 2021 mendatang. Pada Rabu (22/06/2021), Citra Satelit Terra dan Aqua mendeteksi sebanyak lima titik panas atau indikasi karhutla di Riau dengan tingkat kepercayaan di atas 50 persen.

"Angka tersebut menurun dibandingkan sehari sebelumnya yang tercatat sebanyak 18 titik panas menyebar di tujuh kabupaten di Provinsi Riau. Walau BMKG memperkirakan pengaruh La Nina dalam kondisi netral, artinya masih terjadi hujan walau sesaat di beberapa wilayah," sebut Jatmiko. 

PTPN V akan terus meningkatkan kewaspadaan. Karena, Riau yang berada di perlintasan ekuator memiliki tingkat suhu panas lebih tinggi di saat musim kering tiba. 

"Insya Allah, embung-embung  selama ini dalam keadaan yang baik dan siap untuk digunakan. Pada intinya, kami tidak boleh lengah," ucap Jatmiko. 

Pencegahan kebakaran harus terus diutamakan. Untuk di lingkungan PTPN V, pihaknya terus meningkatkan patroli rutin. 

"Kami pertahankan PTPN V bebas karhutla. Kami juga membantu segenap pihak untuk terus mempertahankan Riau bebas api bebas asap," sebut Jatmiko. 

Pemprov Riau telah menetapkan status Siaga Darurat Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) sejak 15 Februari lalu hingga 31 Oktober 2021 mendatang sebagai langkah antisipasi musim kering. Hingga saat ini, terdapat lima helikopter pengebom air dan satu pesawat modifikasi cuaca bantuan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) siaga di Riau. 

PTPN V sendiri selama ini tercatat sebagai salah satu perusahaan yang sukses menerapkan strategi pencegahan dan persiapan penanggulangan yang baik hingga bebas dari karhutla. Meski, PTPN V beroperasi di wilayah yang memiliki salah satu potensi bencana tahunan terbesar di Indonesia yakni Provinsi Riau. 

"Komitmen menerapkan zero burning atau membuka lahan tanpa bakar, serta upaya penjagaan areal dan pola hidup karyawan beserta keluarganya, menjadi kunci agar areal perkebunan kami tetap terjaga dari kebakaran selama 25 tahun lebih," pungkas Jatmiko.