Dari Kabel Tetangga ke Meteran Sendiri, Perjalanan Panjang Sarti Menemukan Cahaya

General Manager PLN UID Riau dan Kepri Joni menyalakan listrik di rumah Sarti, warga Kelurahan Limbungan, Kecamatan Rumbai Timur, Pekanbaru, Selasa (21/10/2025). Foto: Surya/Riau1.
RIAU1.COM -Di sebuah rumah kayu sederhana di RT 05 RW 09, Jalan Padat Karya, Kelurahan Limbungan, Kecamatan Rumbai Timur, wajah Sarti (53) tampak sumringah pada pagi yang cerah di Pekanbaru hari ini. Matanya berkaca-kaca menatap lampu bohlam kecil yang kini menyala di ruang tamunya.
Bagi sebagian orang, cahaya lampu mungkin hal biasa. Tapi bagi Sarti, perempuan yang sudah 23 tahun tinggal di rumah non permanen ini, nyala listrik itu adalah wujud nyata dari mimpi panjang yang akhirnya terwujud.
“Sudah lama saya berharap rumah ini punya listrik sendiri. Dulu, saya hanya menumpang aliran dari tetangga,” tutur Sarti lirih.
Suaminya telah lama tak ada. Kini, ia hidup bersama dua anak perempuannya yang bekerja di usaha katering kecil di sebelah rumah. Penghasilannya sebagai pekerja serabutan tak cukup untuk membayar pemasangan listrik.
“Kalau ada uang, kami bantu bayar tagihan listrik tetangga. Kalau tidak uang, ya saya tidak ikut bayar,” tambahnya sambil tersenyum malu.
Namun kini, berkat program Light Up The Dream dari PLN Unit Induk Distribusi (UID) Riau dan Kepulauan Riau (Kepri), rumah Sarti tak lagi gelap. Ia bisa menyalakan lampu di teras dan ruang tamu.
Sarti juga bisa menggunakan penanak nasi elektrik. Aliran listrik dari PLN merupakan hal sederhana yang membuat hidupnya jauh lebih mudah.
Iuran Karyawan PLN
Program Light Up The Dream bukan bagian dari tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJSL) PLN. Melainkan, ini gerakan sukarela para karyawan. Melalui iuran yang mereka kumpulkan sendiri, para pegawai PLN menyalurkan bantuan sambungan listrik gratis kepada warga yang selama ini belum menikmati terang di rumahnya.
General Manager PLN UID Riau dan Kepri Joni menjelaskan, kegiatan ini telah berlangsung selama hampir tujuh tahun dan terus berlanjut. Program ini murni dari karyawan PLN.
"Kami berupaya mendata warga yang belum memiliki sambungan listrik. Kami membiayai pemasangannya dengan dana iuran sukarela. Ini bentuk nyata kepedulian dan empati kami,” ujarnya.
Dalam pelaksanaannya, PLN Riau-Kepri menargetkan 102 rumah penerima sambungan listrik gratis. Di Pekanbaru ada 49 rumah, di Dumai 14 rumah, di Rengat 13 rumah, di Bangkinang 16 rumah, dan di Tanjungpinang 10 rumah.
“Hingga hari ini, sudah 83 rumah yang berhasil dinyalakan. Sisanya akan segera menyusul,” ucap Joni.
Kegiatan ini digelar serentak di lebih dari 400 kabupaten dan kota di Indonesia. Kegiatan ini bertepatan dengan momentum Hari Listrik Nasional ke-80 yang jatuh pada 27 Oktober 2025. Tema yang diangkat kali ini, “Indahnya Berbagi dari Insan PLN yang Peduli. Terangin Negeri, Wujudkan Mimpi, Menguatkan Empati”. Tema ini mencerminkan semangat gotong royong dan nilai kemanusiaan yang menjadi napas gerakan ini.
Menyalakan Harapan
Pemerintah Kota (Pemko) Pekanbaru memberikan apresiasi tinggi atas kepedulian PLN terhadap masyarakat. Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Pekanbaru Sunarko mewakili Wali Kota Agung Nugroho menyampaikan, listrik bukan hanya soal penerangan. Tetapi, listrik juga penggerak kehidupan.
“Program ini tidak hanya menyalakan lampu, tapi juga menyalakan harapan. Kehadiran listrik membawa perubahan besar bagi kehidupan masyarakat. Kehadiran listrik menjadi sarana belajar, penggerak ekonomi, dan fondasi kesejahteraan keluarga,” katanya.
Senada dengan itu, Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan Setdako Pekanbaru Ingot Ahmad Hutasuhut menuturkan, terdapat 46 rumah warga kurang mampu yang kini bisa menikmati listrik gratis berkat gerakan ini di Pekanbaru. Karyawan PLN menyisihkan sebagian penghasilannya untuk membantu warga.
"Ini gerakan sosial yang patut ditiru,” katanya.
Dari Gelap Menuju Terang
Bagi Sarti dan puluhan warga lainnya, sambungan listrik itu bukan sekadar fasilitas. Melainkan, sambungan listrik merupakan simbol kehidupan baru.
Kini, setiap malam rumahnya bisa terang. Anak-anaknya bisa bekerja lebih nyaman. Ia juga tak lagi takut gelap saat air Sungai Siak meluap dan banjir menggenangi lantai rumah.
“Terima kasih kepada PLN dan semua orang baik yang sudah bantu kami. Rasanya seperti mimpi bisa punya listrik sendiri,” ucapnya pelan, menatap bohlam yang masih menyala hangat di atas kepala.
Dari tangan-tangan para pegawai PLN yang tulus berbagi, cahaya kecil itu kini menjadi penerang harapan. Cahaya kecil dari bohlam membawa pesan bahwa di balik setiap kabel dan lampu yang menyala. Ada empati yang tak pernah padam.