
Suasana pakaian jenazah jemaah haji asal Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, Supardjo Rata Ilyas (Foto: Istimewa/ haji.kemenag.go.id)
RIAU1.COM - Perbedaan budaya membuat tata cara pemakaman yang diajarkan Nabi akhir zaman, Muhammad jauh berbeda dengan yang ada di Indonesia.
Di Tanah Suci kuburan tidak dipagar, ditaburi kembang, air mawar, papan bertulis nama jenazah sampai azan di telinga jenazah.
Staf bagian penanganan haji dan umrah Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH), Muhammad Syafii Hasyim menceritakan bagaimana tata cara pemakaman jenazah di Tanah Suci, Rabu, 24 Juli 2019.
Dicontohkan oleh jenazah jemaah haji asal Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, Supardjo Rata Ilyas yang dimakamkan di Kompleks Cemetery Al Rahma Jeddah, Arab Saudi, Senin, 22 Juli 2019 malam.
Supardjo merupakan jemaah haji kloter 41 Embarkasi Jakarta-Bekasi (JKS) yang meninggal dunia di pesawat dua jam sebelum mendarat di Bandara King Abdul Aziz Jeddah.
Ayah enam anak tersebut menghembuskan napas terakhir karena sakit paru-paru. Sebelum dimakamkan, jenazah Supardjo di salatkan di Masjid Ummu Abdurrahman berada di sebelah kompleks pemakaman Al Rahma.
Puluhan jemaah salat Isya, baik warga lokal maupun petugas haji Indonesia langsung mengikuti salat jenazah. Yang membedakan adalah ketika pekerja mengangkat jenazah Supardjo dan membawanya ke komplek pemakaman.
Disana tak ada penggalian lubang kuburan. Makamnya seperti bunker atau ruang bawah tanah dapat dibuka pada bagian atasnya.
Setelah sisi ujung bagian atas dibuka, pekerja pemakaman masuk ke dalam bunker menggunakan tangga besi setinggi 2,5 meter.
Pekerja yang berada di bawah kemudian menerima jenazah. Tak lebih dari 5 menit, para pekerja itu lalu naik keluar dari bunker. Setelah itu, kuburan kembali ditutup dengan balok beton kemudian diuruk dengan pasir.
Puluhan orang yang mengikuti prosesi pemakaman lalu menghadap ke arah qiblat dan memanjatkan doa sambil menengadahkan tangan ke atas. Usai berdoa, mereka bubar keluar komplek pemakaman.