Kepala Korban Luka Parah, Ini Cerita Istri Goldfried Siregar Aktivis Walhi Sumut Sebelum Suaminya Meninggal

Kepala Korban Luka Parah, Ini Cerita Istri Goldfried Siregar Aktivis Walhi Sumut Sebelum Suaminya Meninggal

8 Oktober 2019
Ilustrasi.

Ilustrasi.

RIAU1.COM - Resmi Barimbing ,  Istri Golfried Siregar, aktivis Walhi Sumatera Utara yang meninggal, tak bisa menahan kesedihan atas kepergian suaminya. 

Resmi Barimbing (31) menceritakan hilang kontak dengan suaminya sejak Rabu (2/10) sebelum mendapatkan kabar Golfried meninggal.

Terakhir kontak pada hari itu, Resmi mengatakan suaminya pamit untuk mengantar paket ke JNE.

Namun setelah itu sang suami tidak ada kabar. Ponselnya pun tak bisa dihubungi.

 

"Tak ada firasat apapun saat dia pergi. Tapi menjelang malam setelah pamit mengantar paket, dia tak bisa dihubungi. Saya terus menelepon, tapi tak tersambung. Saya sempat berpikir mungkin handphone suami saya mati," ujar Resmi saat menemani proses autopsi suaminya di RS Bhayangkara Medan, Senin (7/10) malam.


Resmi melanjutkan, setelah tak bisa dihubungi, pada Kamis (3/10) dini hari dirinya justru mendapat kabar Golfried berada di rumah sakit. Kabar tersebut disampaikan oleh kepala lingkungan setempat yang bersama polisi ke rumah mereka di Jalan Bunga Wijaya Kusuma, Kecamatan Medan Selayang, Medan.

"Saya langsung ke RS Mitra Sejati. Karena awalnya dibawa ke sana. Kemudian dirujuk ke RS Adam Malik. Saat itu dokter memutuskan operasi karena kepala korban luka cukup parah," ucap dia.

Namun nyawa suaminya tak bisa terselamatkan. Setelah menjalani masa kritis pascaoperasi, Golfried menghembuskan nafas terakhir pada Minggu (6/10) sore.


Jasad Golfried selanjutnya dibawa ke rumah duka di Kecamatan Tiga Dolok, Simalungun.

Rencananya, korban dikebumikan Selasa (8/10/2019). Namun, atas permintaan polisi, jenazah Golfried diatopsi untuk mengetahui penyebab pasti kematian.

"Saya hanya berharap, cepat terungkap masalah ini," katanya lagi.


Sementara itu, Serdiana Sitompul, kerabat Golfried mengatakan polisi meminta persetujuan autopsi kepada keluarga.

Sebab ada yang janggal atas kematian Golfried yang diduga bukan murni kecelakaan lalu lintas sebagaimana awal laporan polisi.

"Kebetulan saya yang angkat telepon itu. Saya bilang saya tantenya. Terus mereka bilang jenazah mau dijemput untuk autopsi," kata Serdiana, seperti dilansir CNN Indonesia, Selasa,  8 Oktober 2019.

Menurutnya, Saat itu, polisi menyebutkan autopsi dibutuhkan untuk mengetahui penyebab kematian, apakah karena kecelakaan atau dibunuh.

Apalagi, Serdiana mengaku, semua keluarga yang di kampung sepakat kalau Golfried bukan meninggal karena tabrakan.

"Mereka bilang ini supaya tuntas permasalahan apakah dia tewas karena ditabrak atau dibunuh. Jadi kami melihat agak janggal karena di bagian kepala hancur. Sedangkan luka dari tubuh ke bawah tidak ada. Walaupun dia tabrakan, tentu ada luka-luka basil di bagian kaki dan tangan," paparnya.

Autopsi berlangsung hingga pukul 22.00 Wib. Namun polisi maupun tim medis tak ada yang mau memberi keterangan mengenai hasil malam itu. Jenazah langsung dimasukkan dalam ambulans dan bertolak kembali ke Tiga Dolok.

 

Golfried Siregar meninggal dunia, Minggu (6/10) kemarin setelah sempat mendapat perawatan medis selama tiga hari di RSUP H Adam Malik Medan. Kuasa hukum Walhi Sumut itu dikabarkan ditemukan di Fly Over Jamin Ginting, Kamis (3/10) dini hari. 

R1 Hee.