Semakin Merajalela, Puluhan Kobra Ditangkap Setelah Meneror Warga di Bogor

Semakin Merajalela, Puluhan Kobra Ditangkap Setelah Meneror Warga di Bogor

14 Desember 2019
Semakin Merajalela, Puluhan Kobra Ditangkap Setelah Meneror Warga di Bogor

Semakin Merajalela, Puluhan Kobra Ditangkap Setelah Meneror Warga di Bogor

RIAU1.COM - Serangan kobra telah menyebabkan ketakutan di antara orang-orang yang tinggal di kompleks perumahan Royal Citayem di kabupaten Bojong Gede, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Lebih dari 30 kobra berukuran rata-rata 30 sentimeter telah ditangkap di daerah itu dalam sepekan terakhir, menurut penduduk setempat.

Ular berbisa dilaporkan ditemukan di taman yang terletak di belakang kompleks perumahan.

Kobra juga dilaporkan ditemukan di Ciracas, Jakarta Timur, Klaten di Jawa Tengah, Gunungkidul di Yogyakarta, dan Jember di Jawa Timur selama beberapa minggu terakhir.

Pengamat reptil Arbi Krisna mengatakan kemunculan kobra tersebut tidak mengejutkan karena sebagian besar telur ular menetas sepanjang tahun ini.

“November hingga Januari adalah saat telur ular menetas. Prosesnya didahului dengan bertelur sekitar satu atau dua bulan sebelumnya, ”katanya, Selasa, lapor kompas.com.

Karena itu, ia menyarankan agar orang membersihkan tempat tinggal mereka, terutama tempat-tempat yang lembab, gelap dan tenang, yang merupakan tempat yang disukai kobra untuk bertelur.

Mirip dengan Arby, herpetologis Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Amir Hamidy mengatakan, penampilan kobra di pulau Jawa tidak mengejutkan karena reptil cenderung mencari tanah subur untuk dihuni.

Karena transformasi tanah bertahun-tahun lalu, ular kobra beradaptasi untuk hidup di daerah terbuka seperti sawah, di mana mangsanya seperti tikus, sangat mungkin ditemukan.

Seekor kobra dapat membiakkan hingga 20 telur sekaligus.  "Jika telur menetas, kobra kecil bisa pergi ke mana saja," katanya.

Baru bulan lalu, Rendy Arga dari Depok meninggal setelah digigit kobra peliharaannya. Bocah 18 tahun itu tidak segera mencari perawatan medis setelah digigit dan dalam dua jam tangannya terasa mati rasa.

Rendy meninggal empat hari setelah kejadian.

Tri Maharani, seorang dokter yang berfokus pada perawatan gigitan ular dan merupakan penasihat Organisasi Kesehatan Dunia, mengatakan ada dua jenis kobra yang hidup di Indonesia.

"Naja sputatrix [kobra yang meludah Jawa] dan Naja sumatrana [kobra yang meludah khatulistiwa]," katanya pada hari Senin, lapor kompas.com.

Dia melanjutkan dengan mengatakan bahwa racun dari ular bisa menyebar dengan mudah di tubuh seseorang jika tidak dirawat dengan baik.

Dia menekankan bahwa setelah digigit ular kobra, seseorang harus segera berbaring untuk mencegah racun menyebar melalui kelenjar getah bening mereka dan mendapatkan bantuan untuk pergi ke rumah sakit terdekat.

Cardiotoxin dan neurotoxin adalah jenis racun kobra yang paling sering menyebabkan kasus fatal di Indonesia, katanya. Semakin banyak racun memasuki tubuh seseorang, semakin tinggi kemungkinan mereka untuk mati.

Namun, jumlah racun yang relatif kecil yang tidak menyebar ke seluruh tubuh dapat dikeluarkan dalam waktu tiga hari.

Seseorang yang digigit ular kobra akan merasa mengantuk. Sulit bagi mereka untuk membuka mata karena otot-otot kelopak mata dan pita suara mereka lumpuh. Mereka juga akan mengalami sesak napas, katanya.

Dengan kurangnya pemahaman di antara masyarakat dan pejabat dalam menangani kasus gigitan ular, dia mengatakan peningkatan kesadaran masyarakat adalah penting untuk menekan jumlah kasus fatal di negara ini.

 

 

 

R1/DEVI