Digemari Anak Milenial, TikTok Terkadang Disebut 'Alay'

19 Desember 2019
Lambang TikTok. Foto: Detik.com.

Lambang TikTok. Foto: Detik.com.

RIAU1.COM -TikTok jadi aplikasi video pendek yang digemari banyak anak milenial. Akan tetapi terkadang pengguna TikTok kadang disebut 'alay'.

"Banyak konten serius juga di TikTok. Apalagi yang banyak viewers-nya itu yang konten serius. TikTok itu open platform buat banyak orang," ujar Angga Anugerah Putra, Head of User and Content Operations TikTok Indonesia dikutip dari Detik.com, Kamis (19/12/2019).

Angga mengatakan ia percaya bahwa ada banyak hal yang bisa dilakukan dalam 15 detik. Video pendek pun bisa mengubah hidup banyak orang dan memberikan dampak yang besar bagi kehidupan sosial. Jadi bukan sekadar joget-joget saja.

"TikTok itu open platform untuk konten kreator mencoba memberikan story dari banyak orang. Kami sudah served 150 negara jadi 75 bahasa dan 50 global office termasuk Jakarta," ucap Angga.

TikTok bukan sosial media. TikTok adalah content distribution platform.

"Kalau aku punya akun sosial media seribu atau 2 ribu follower yang lihat kan yang follow atau 60 persen, tapi di tiktok 5 orang followers, bahkan tidak ada bisa 5 ribu viewers karena menggunakan machine learning. Dia men-capture habit kita, jadi video yang muncul sesuai kita," cetus dia.

Dengan situasi seperti ini, TikTok punya keuntungan di mana pengguna tidak perlu memikirkan soal follower, melainkan memahami pentingnya mempunyai konten yang bagus. Dari sana, user untuk menjadi fans atau follower bisa meningkat karena konten yang bagus itu dapat menjadi viral.

Selain itu, ada video shooting tools yang lengkap sebenarnya membuat video tampil lebih keren. TikTok memiliki musik legal dari musisi atau labelnya sehingga penggunanya bisa lebih bebas berekspresi.

"Jadi feel free tapi ketika video keluar kita nggak jamin, tapi selama di TikTok aman. Once user suka konten kita lama-lama, mereka bisa melihat sosial media kita dan dari sana terbangun engagement," pungkasnya.