![Ilustrasi [Foto: Istimewa/internet]](https://www.riau1.com/assets/berita/1577591346.jpg)
Ilustrasi [Foto: Istimewa/internet]
RIAU1.COM - Kamerawan RCTI Ferry Santoro menceritakan bagaimana rekannya Ersa Siregar tewas akibat konflik antara TNI dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang terjadi tepat hari ini atau 29 Desember 2003 silam.
Ersa tewas di Desa Kuala Manihan, Simpang Ulim, Aceh Timur dinukil dari tirto.id, Minggu, 29 Desember 2019.
Ersa saat itu sedang ditawan bersama sejumlah anggota GAM lainnya. Dia tertembak dan tak selamat bersama satu kelompok separatis tersebut. Dua peluru menembus leher dan dada hingga tewas.
Panglima Kodam Iskandar Muda saat itu, Mayjen TNI Endang Suwarya menduga Ersa dijadikan perisai hidup. Akibatnya TNI sulit mengetahui di lokasi kontak senjata ada wartawan atau tidak.
Kejadian ini bermula usai meliput hasil operasi pasukan Marinir milik TNI-AL dalam perjalanan Langsa ke Lhokseumawe. Tujuannya untuk kembali ke pos menggunakan kendaraan roda empat.
Ditengah perjalanan mereka diadang sekelompok pria bersenjata lalu membawa Ferry Santoro, Ersa Siregar dan warga sipil lainnya seperti Safrida, Ferry Santoro, Soraya dan adik Safrida, Minggu sore, 29 Juni 2003.
Mereka ditawanan oleh kelompok Ishak Daud, Panglima GAM tertinggi di Aceh Timur secara berpindah-pindah.
Hingga akhirnya pada Senin pagi, 29 Desember 2003, Komando Operasi TNI yang meminta GAM untuk meletakkan para tawanan di satu tempat manapun ditolak mentah-mentah karena GAM bersikeras untuk menyerahkan langsung. Siang harinya, terjadi kontak senjata dan Ersa tewas.