Ketika NU, Muhammadiyah, dan Masyumi Pernah Terpecah Belah

2 Januari 2021
Ilustrasi (Foto: Istimewa/internet)

Ilustrasi (Foto: Istimewa/internet)

RIAU1.COM - Perpecahaan antar umat Islam sudah ada sebelum Indonesia merdeka.

Terjadi ketika Indonesia masih bernama Hindia Belanda dikutip dari ihram.co.id, Sabtu, 2 Januari 2021.

Melihat perpecahaan yang disebabkan oleh politik adu domba tersebut membuat KH Abdul Wahab Hasbullah dari Nahdlatul Ulama, KH Mas Mansur dari Muhammadiyah, dan Warkhadun Wondoamiseno dari Sarekat Islam menggelar pertemuan.

Mereka mendirikan Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) dan dan Majelis Syura Muslimin Indonesia (Masyumi). Pertemuan tersebut terjadi pada tanggal 18-21 September 1937 di Pesantren Kebondalem, Surabaya, yang diasuh KH Ahmad Dahlan.

MIAI bertugas untuk memperjuangkan kemaslahatan Islam, termasuk mengajukan tuntutan hukum agar penjajah Belanda menindak tegas pelaku penistaan agama Islam dengan membentuk Komisi Pemberantas Penghinaan Islam dalam Kongres Muslimin Indonesia ke-3 di Solo tanggal 7-8 Juli 1941.

Sementara Masyumi didirikan untuk memperjuangkan kemaslahatan Islam secara bersama-sama melalui politik.

Seiring perjalanan waktu, kesatuan umat Islam terkoyak ketika mereka dalam berinteraksi menonjolkan fanatisme kelompok masing-masing daripada kemaslahatan.

Seperti misalnya pada 1947 Partai Sarekat Islam Indonesia meninggalkan Masyumi untuk mendapatkan jabatan politik di kabinet Amir Syarifuddin.

Termasuk Nahdlatul Ulama juga menyatakan keluar dari Masyumi dan menjadi partai politik terpisah berdasarkan keputusan muktamar NU ke-19 di Palembang tanggal 28 April sampai 1 Mei 1952.

Dilanjutkan dari aksi kelompok-kelompok non-Masyumi seperti NU, PERTI, dan PSII yang membentuk perhimpunan tersendiri bernama Liga Muslimin Indonesia pada 30 Agustus 1952.