Pertumbuhan Ekonomi Riau Positif, Pengamat: Bukan Prestasi Luar Biasa, Tapi Patut Disyukuri

Pertumbuhan Ekonomi Riau Positif, Pengamat: Bukan Prestasi Luar Biasa, Tapi Patut Disyukuri

9 Agustus 2021
Pengamat Ekonomi Unri, Dr Edyanus Herman Halim

Pengamat Ekonomi Unri, Dr Edyanus Herman Halim

RIAU1.COM - Menurut pengamat ekonomi Universitas Riau, Dr Edyanus Herman Halim, pertumbuhan ekonomi Riau pada triwulan kedua 2021 ini masih bergerak pada tren yang positif, jika dibandingkan dengan triwulan pertama 2021 pertumbuhan ekonomi Riau dengan migas sebesar 0,06% dan tanpa migas 0,03%.

"Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, tentu terkesan tinggi, karena pada triwulan kedua 2020 pertumbuhan ekonomi Riau ada pada posisi yang negatif, atau terkontraksi sehingga perbandingan itu menunjukkan adanya pertumbuhan yang tinggi, yakni mencapai 5,13%," kata Dr Edyanus pada Riau24.com grup, Senin 9 Agustus 2021.

Artinya, sambung dia, kurang representatif jika membandingkan kondisi ekonomi sekarang dengan tahun yang lalu, karena kondisi tahun lalu perekonomian berada pada kondisi yang tidak stabil atau sedang terguncang. 

"Ketika itu, Indonesia sedang memasuki resesi akibat pandemi Covid 19. Kurang pas rasanya bila ini dianggap sebagai prestasi luar biasa," ujarnya.

Namun, sambung dia, tetap saja merupakan sesuatu yang patut disyukuri karena Riau masuk pada periode recovery. Karena, kata dia, jika diamati secara lebih mendalam, terlihat bahwa yang menjadi sumber pendorong utama pertumbuhan tersebut adalah sektor pertanian sebesar 1,63%, industri pengolahan 1,52% dan sektor perdagangan besar dan eceran 1,43%.

"Kalau dikaitkan dengan situasi lapangan, nampaknya pertumbuhan ini kurang berkualitas. Perkembangan sektor pertanian masih terjadi akibat masih stabilnya harga komoditas sawit dan ekspor CPO yang masih tumbuh. Sedangkan industri pengolahan dan perdagangan sangat terdampak oleh pandemi namun bisa tumbuh relatif tinggi," paparnya.

Kondisi ini, tambah dia lagi, terjadi karena beberapa komoditas tertentu masih diperdagangkan secara masif, seperti obat-obatan, dan peralatan kesehatan dan barang makanan. Ini juga seakan membuktikan bahwa pada sebahagian pengusaha, penerapan PPKM tidak berpengaruh, atau bahkan efektivitas PPKM itu sendiri yang sangat rendah. 

"Proses perdagangan tidak mengalami dampak yang berarti, namun dari aspek kesehatan sangat berpengaruh negatif. Hal ini ditandai dengan makin meningkatnya kasus Covid-19 di Riau yang semakin tinggi. Dari sisi pengeluaran pertumbuhan ditopang oleh adanya kenaikan yang sangat signifikan dalam ekspor dan terkontraksinya import," sebutnya.

Kemudian, menurut Edyanus, peran konsumsi rumah tangga yang terjadi akibat meningkatnya kebutuhan-kebutuhan pengeluaran masyarakat selama pandemi. Bila dikaitkan dengan jumlah penduduk miskin dan pengangguran yang meningkat, maka kualitas pertumbuhan ekonomi yang tinggi ini tentunya kurang berkualitas.

"Ada sekelompok orang yang menjadi kaya pada saat pandemi ini, namun ada banyak orang yang kehidupannya sangat tertekan atau bahkan mengalami kebangkrutan. Para eksportir CPO mungkin dapat berteriak dengan girang gembira tetapi para pelaku usaha kecil dan menengah banyak yang terpuruk dan bangkrut," ulasnya.

Kemudian menurut analisa dia lagi, sejak September 2020 sampai dengan Maret 2021 Indeks Gini Ratio di Riau bahkan mengalami peningkatan. Ini mengindikasikan terjadinya ketimpangan perekonomian yang kian menajam. Oleh karena itu kurang pada tempatnya menurut menjadi euforia dengan adanya pertumbuhan ekonomi yang tinggi saat ini karena kualitas pertumbuhan tersebut belum begitu membaik. 

"Ke depan bagaimanapun ada secercah harapan yang lebih menjanjikan. Ada prospek yang bakal membaik jika pandemi Covid-19 dapat terkendali, atau paling tidak jika PPKM dapat memberikan dampak positif terhadap menurunnya kasus-kasus positif. Disamping itu belanja pemerintah yang akan mulai terlaksana kian besar dapat memicu pertumbuhan yang lebih baik," paparnya.

Apalagi, sebut dia, bila harga komoditas sawit dan karet bisa bertahan tinggi seperti saat ini. Bila PPKM tidak lagi diberlakukan, maka akan timbul lompatan dalam dinamika masyarakat dan sektor-sektor yang selama ini mati suri seperti hotel dan restoran serta pariwisata akan menggeliat kembali. 

"Hal ini akan menjadi sumber pertumbuhan yang menjanjikan bari Riau. Hanya saja risiko penularan Covid 19 berpotensi untuk meningkat," pungkasnya.