Permainan Tradisional Pacu Itik Payakumbuh Jadi Warisan Budaya Indonesia

Permainan Tradisional Pacu Itik Payakumbuh Jadi Warisan Budaya Indonesia

22 Oktober 2020
Permainan Tradisional Pacu Itik Payakumbuh Jadi Warisan Budaya Indonesia/jernihnews

Permainan Tradisional Pacu Itik Payakumbuh Jadi Warisan Budaya Indonesia/jernihnews

RIAU1.COM -PAYAKUMBUH- Permainan tradisional Pacu Itiak atau yang biasa dikenal sebagai Pacu Terbang Itiak merupakan salah satu permainan anak nagari di Kota Payakumbuh telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Indonesia pada sidang yang digelar secara virtual di Kantor Dinas Kebudayaan Provinsi Sumatera Barat, 6-9 Oktober 2020. Sumatera Barat menghadirkan 8 karya budaya yang disidangkan.

Berdasarkan penuturan Gemala Ranti, Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Sumbar yang didampingi Aprimas Kabid Warisan budaya dan Bahasa Dinas Kebudayaan Provinsi Sumatera Barat, sebenarnya Sumbar mengusulkan 34 karya budaya, tapi hanya 8 karya budaya yang dapat disidangkan tahun ini, dimana 6 karya budaya disidangkan tanpa catatan dan 2 karya budaya disidangkan dengan catatan.

Pada acara sidang penetapan, Kepala Dinas Provinsi Sumatera Barat didampingi oleh tim ahli WBTB sumbar yang diketuai oleh Pramono dosen Unand. Selama pemaparan 8 karya budaya tersebut juga dihadirkan maestro dari masing-masing karya budaya dan pendamping dari dinas yang membidangi kebudayaan di 8 daerah pengusul karya budaya.

8 karya budaya yang diusulkan tersebut salah satunya adalah Pacu Itiak dari Kota Payakumbuh dengan maestro yang hadir N.A Dt. Rajo Endah didampingi oleh Riswandi, Kabid Kebudayaan Dinas Pariwisata Pemuda Dan Olahraga Kota Payakumbuh beserta beberapa orang stafnya.

Pemerintah Kota Payakumbuh melalui Erwin Yunaz Wakil Wali Kota Payakumbuh menemui langsung maesto Pacu itiak N.A Dt. Rajo Endah yang didampingi oleh Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kota Payakumbuh yang dalam hal ini diwakili oleh Doni Saputra, Sekretaris Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kota Payakumbuh menyampaikan apresiasi dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Pacu Itiak.

Erwin Yunaz berharap dengan ditetapkannya Pacu Itiak ini sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia menjadikan kegiatan Pacu Itiak ini sebagai salah satu alat daya ungkit ekonomi masyarakat Kota Payakumbuh. Itu berarti juga Pacu Itiak sudah diakui secara nasional sebagai salah warisan budaya yang ada di Kota Payakumbuh Provinsi Sumatera Barat.

"Kedepan, berarti tugas kita adalah lebih menggiatkan kegiatan pelestarian untuk pacu itiak ini yang juga harus lebih bisa dikembangkan sehingga juga dapat meningkatkan taraf hidup dan ekonomi masyarakat baik itu pelaku dan peternak itiak khususnya itiak pacu, maupun masyarakat yang ada di Kota Payakumbuh secara umum. Kegiatan pacu itiak bisa menjadi simbol keberhasilan panen dan peternakan sehingga kegiatan ini bisa menjadi pencerminan budaya dan ekonomi masyarakat Kota Payakumbuh," ujar Erwin Yunaz sebagaimana dilansir oleh Humas Pemko Payakumbuh.

Sejarah, makna dan filosofi yang terkandung dalam kegiatan Pacu Itiak bermula dari sejarah di tahun 1926 seorang petani bernama Burahan yang memiliki Itiak, tepatnya di Nagari Air Tabik Kelurahan Sicincin Mudik, Kecamatan Payakumbuh Timur.

Merasa heran dengan itik yang dimilikinya yang bisa terbang, padahal itik ini adalah itik petelur. Burahan mencoba memperhatikan itiknya dari hari ke hari, selalu suka terbang dan terbang. Lalu Burahan menceritakan tentang itiknya yang bisa terbang ke teman-temannya yang lain. Namun tak ada satupun yang percaya. Keesokan harinya Burahan mengajak temannya itu ke sawah untuk melihat itiknya, maka terlihatlah kawanan itik yang terbang dari sawah ke sawah. Setelah itu, mereka mencoba mengambil itik dan menerbangkannya dari atas bukit.

Terdapatlah beberapa beberapa perbedaan dari bentuk, jenis, dan ciri-ciri itik yang bisa terbang tersebut, setelah Burahan dan temannya mencoba mengambil jenis itik yang lain dan diterbangkan. Ternyata jenis itik lain tidak bisa terbang, selain itik petelur.

Timbullah ide dari Burahan untuk menerbangkan itia tidak lagi di sawah, melainkan di jalan perkampungan masyarakat. Dan ternyata itik itu tetap bisa terbang dengan baik. Burahan dan temannya mencoba mengadakan pacu itik seadanya lalu mengenalkan kemasyarakat tentang kegiatan ini, tepat pada tahun 1928 dari hasil uji coba pacu itik dari atas bukit, dan dari sawah ke sawah lalu dibawa ke jalan besar.

Maka selanjutnya diadakanlah lomba pacu itik pada acara-acara besar yang ada di nagari, seperti Alek Nagari, pernikahan, Batagak Rumah Gadang, dan alek nagari lainnya yang di iringi dengan pantun-pantun adat dan gurindam.

Pacu Itiak yang merupakan kegiatan rutin yang diadakan di tengah-tengah masyarakat merupakan tradisi yang digemari oleh berbagai kalangan, bukan hanya di Indonesia saja tradisi ini telah nikmati oleh warga negara asing yang ikut menyaksikan langsung kegiatan Pacu Itiak.

Pacu Itiak ini selain menyajikan hiburan juga memberikan makna penting pada pembelajaran nilai-nilai budaya seperti fokus pada tujuan, patuh pada perintah dan aturan, taat terhadap pimpinan, jujur, sabar, pandai membedakan, adanya nilai ekonomis untuk peternak Itiak dan masyarakat patriotisme, persaingan, kekeluargaan, kerjasama dan kekompakan.

Adanya proses yang dilalui untuk menjadikan itik sebagai salah satu icon Kota Payakumbuh, juga memiliki makna penting dan sejarah yang harus dijaga dan dikembangkan.

Kedepannya Pacu Itiak ini tak hanya sebagai hiburan semata, juga akan dikembangkan untuk jangka yang lebih panjang dengan terorganisasi dengan baik, menciptakan lapangan kerja baru yaitu terbentuknya UMKM yang ada di masyarakat terhadap penghasilan yang ekonomis: penjualan baju dengan background Kota Payakumbuh dan itik, rendang itik dan olahan usaha lainnya, serta adanya regenerasi yang akan melanjutkan tongkat estafet Pacu Itiak. (jernihnews)