Pemprov Sumbar Tetap akan Larang Operasional Alfamart dan Indomaret, Berikut Alasannya

Pemprov Sumbar Tetap akan Larang Operasional Alfamart dan Indomaret, Berikut Alasannya

20 Juni 2022
Wakil Gubernur Sumbar, Audy Joinaldy

Wakil Gubernur Sumbar, Audy Joinaldy

RIAU1.COM - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumatera Barat (Sumbar) kata Wakil Gubernur Audy Joinaldy tetap berkomitmen melarang ritel Alfamart dan Indomaret beroperasi di sana. Langkah itu bertujuan menyelamatkan pedagang lokal yang ada di Sumbar.

Pernyataan itu disampaikan saat menghadiri Jumpa Sahabat Hebat SRC di Balai Pustaka Bukittinggi, Ahad (19/6/2022). Menurutnya, kedua minimarket waralaba ini bisa mematikan bisnis kecil dan pedagang tradisional di daerah.

“Kami tetap tidak memberi izin kepada kedua minimarket waralaba tersebut,” kata Audy Joinaldy dalam keterangan tertulisnya yang dimuat Langgam.id.

Minimarket waralaba dipercaya oleh pemerintah setempat bisa merusak ekonomi daerah Sumatera Barat dalam jangka panjang. Padahal, Sumbar memiliki potensi yang cukup banyak untuk dikembangkan dan menjadikan sumber pendapatan oleh masyarakat.

“Di Sumbar ada 593.100 UMKM di berbagai daerah. Produk-produk yang dihasilkan para pelaku usaha banyak diminati bahkan di negara lain,” katanya.

Alfamart dan Indomart mampu menyebar ke seluruh daerah sampai ke pedesaan dengan harga barang yang bersaing. Jika hal tersebut terjadi, lanjutnya, keberadaan minimarket modern akan membuat pelanggan tidak mau lagi mengunjungi warung atau toko kelontong, sehingga pedagang tradisional akan terasingkan dan merugi.

SRC yang merupakan salah satu UMKM yang bergerak di pedagang eceran (riteil), membantu konsumen untuk mendapatkan produk-produk yang dibutuhkan sehari-hari.

“Untuk itu, kami dari Pemprov Sumbar secara khusus memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada SRC yang telah menjadi perpanjangan tangan produk-produk dari produsen untuk sampai ke tangan konsumen.Serta membantu konsumen untuk mendapatkan barang yang dibutuhkan untuk kehidupan sehari-hari secara langsung,” tuturnya.

Menurutnya, di saat masa sekarang ini, digitalisasi menjadi tantangan untuk semua pelaku usaha. Untuk itu SRC sebagai “Toko Kelontong Masa Kini” jalur perdagangan tradisional tetap harus dipertahankan di era transformasi digital ini.

“Meskipun digitalisasi menjadi sebuah kebutuhan penting saat ini. Saya berharap jalur perdagangan tradisional ini juga semestinya bisa berdampingan dengan digitalisasi,” harapnya.

Audy Joinaldy yang juga pengusaha sukses ini meyakini bahwa warga lokal juga mampu membuat bisnis Modern Retail Outlet (MRO) semacam toserba yang dimiliki oleh perorangan tanpa harus ada kehadiran kedua ritel waralaba tersebut.

“Apalagi masyarakat Minangkabau dikenal sebagai pelaku bisnis yang memiliki kebiasaan berdagang sejak zaman dulu,” kata Audy.

Untuk itu pemerintah Sumatera Barat juga berharap SRC menjadi salah satu wadah pemasaran produk-produk lokal. Sekaligus, membantu masyarakat menengah ke bawah mendapatkan produk yang baik dan harga terjangkau.*