Kasus ISPA di Kota Padang Meningkat Gegara Kabut Asap Makin Pekat

Kasus ISPA di Kota Padang Meningkat Gegara Kabut Asap Makin Pekat

21 Oktober 2023
Wako Padang, Hendri Septa saat membagikan masker pada pengendara/RRI

Wako Padang, Hendri Septa saat membagikan masker pada pengendara/RRI

RIAU1.COM - Seiring makin parahnya kabut asap, jumlah penderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) di Padang meningkat.

Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kota Padang, dr Srikurnia Yati dikutip Katasumbar dari Diskominfo Padang.

Srikurnia menjelaskan, berdasarkan data, terjadi peningkatan pada kasus ISPA, terhitung dari tanggal 18 September hingga 24 September terdapat 1.063 kasus.

“Sementara dari tanggal 24 September hingga awal Oktober sebanyak 1.400 kasus. Jadi, memang ada peningkatan,” katanya, Jumat (20/10).

Tambahnya, terkait hal itu, Pemko Padang telah mengeluarkan Surat Edaran No. 441.7/5126/DKK/2023 terkait antisipasi dampak kabut asap.

“Kita mengimbau kepada masyarakat agar mengantisipasi dampak kabut asap sesuai dengan surat edaran.”

“Wajib mengenakan masker jika berada di luar ruangan,” imbuhnya.

Selain itu, ia juga menekankan agar tidak melakukan pembakaran sampah dan mengurangi aktifitas di luar ruangan.

Kemudian, jika mengalami gangguan pernafasan atau iritasi mata segera melakukan pemeriksaan kesehatan.

Serta pihaknya mengimbau memperbanyak minum air putih dan konsumsi buah dan sayuran.

Di sisi lain, Pemerintah Kota Padang membuka peluang bakal menerapkan kebijakan sekolah daring untuk pelajar.

Langkah ini ditempuh mengingat kabut asap di Kota Padang makin parah, dan pencemarannya sudah mulai mengkhawatirkan.

Hal itu diungkapkan oleh Wali Kota Padang, Hendri Septa. Ia menilai, dalam dua hari, Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) di Kota Padang berada di kategori tidak sehat.

Dengan kondisi demikian, pihaknya pun mengeluarkan kebijakan antisipatif, untuk menekan dampak kabut asap.

“Kemarin sempat berada di angka 105, kami juga sarankan kepada anak sekolah untuk mengenakan masker ke sekolah.”

“Andaikata beberapa hari atau minggu ke depan kualitas udara masih memburuk, maka sekolah diterapkan secara online,” tukasnya.*