Pengecekan kesiapan perlengkapan penanganan bencana di Kota Dumai
RIAU1.COM - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Dumai, menggelar Apel Gelar Pasukan dan Peralatan Siaga Bencana Hidrometeorologi dan Cuaca Ekstrem Tahun 2025 di Halaman Taman Bukit Gelanggang, Kamis (27/11/2025).
Apel ini dipimpin langsung oleh Wakil Wali Kota Dumai, Sugiyarto, sebagai tindak lanjut dari arahan Pemerintah Pusat terkait kesiapsiagaan menghadapi potensi bencana.
Pelaksanaan apel ini merespons Surat Menteri Dalam Negeri Nomor 300.2.8/9333/SJ tanggal 18 November 2025 tentang Kesiapsiagaan Menghadapi Potensi Bencana Hidrometeorologi.
Mengingat kondisi geografis dan iklim Kota Dumai yang memiliki potensi kerawanan tinggi terhadap bencana tersebut, apel siaga ini dinilai krusial.
Apel gelar pasukan ditandai dengan pengecekan pasukan dan peralatan penanggulangan bencana secara langsung oleh Pembina Apel bersama sejumlah perwakilan unsur Forkopimda dan instansi terkait.
Hadir dalam kegiatan tersebut Wadangrup 3 Kopasus Kolonel Infanteri Franki Susanto, unsur Forkopimda, Ketua LAMR Dumai yang diwakili Bendahara Datuk Zulkifli Abas, Plt. Kepala BPBD Dumai Muhammad Ali Imran, Kepala Perangkat Daerah, Camat se-Kota Dumai, Pimpinan Basarnas, Mangala Agni Dumai, perwakilan dunia usaha, serta PMI Kota Dumai.
Dalam amanatnya, Wawako Sugiyarto menyampaikan bahwa berdasarkan hasil kajian risiko bencana, Kota Dumai memiliki 7 potensi ancaman bencana.
"7 potensi ancaman bencana itu antara lain kebakaran hutan dan lahan, banjir termasuk banjir ROB, angin puting beliung, gelombang tinggi dan abrasi, kekeringan, kegagalan teknologi, dan tak terkecuali gempa bumi meskipun dengan kelas risiko rendah," papar Sugiyarto.
Ia menegaskan bahwa saat ini, ancaman terhadap potensi bencana hidrometeorologi seperti banjir, banjir ROB, angin puting beliung, gelombang tinggi, dan kebakaran hutan dan lahan merupakan ancaman nyata yang harus dihadapi, terutama di tengah prediksi peningkatan intensitas cuaca ekstrem akibat perubahan iklim.
Wawako menekankan bahwa apel siaga ini bukan sekadar seremoni, melainkan momentum penting untuk mengukur kekuatan daerah dalam menghadapi ancaman bencana dengan mengerahkan semua potensi yang dimiliki, meliputi pemerintah daerah, TNI, POLRI, BPBD, BASARNAS, relawan, dunia usaha, dan organisasi masyarakat lainnya.
"Kesiapsiagaan adalah kunci utama, lebih baik siap dan tidak terjadi, dari pada tidak siap saat bencana datang," ujarnya.
Penanggulangan bencana, lanjut Sugiyarto, adalah tanggung jawab bersama. Kegiatan ini menjadi momentum memperkuat kerja sama, mengkaji kemampuan peralatan, merencanakan evakuasi, dan meningkatkan kapasitas sumber daya manusia.
Untuk memastikan respons yang efektif, Wawako menginstruksikan beberapa langkah konkret. Pertama, koordinasi dan sinergitas untuk memastikan semua perangkat daerah terkoordinasi dan bersinergi. BPBD sebagai leading sektor harus menjalankan fungsi pelaksana, koordinasi, dan komando dari tahap pra, saat, hingga pascabencana. Ia juga mengintruksikan Dinas Pekerjaan Umum untuk melakukan pemeliharaan drainase dan normalisasi sungai.
Kedua, memeriksa kembali semua peralatan, mulai dari perahu karet, alat komunikasi, logistik, hingga jalur evakuasi, dan memastikan semuanya berfungsi optimal.
Kemudian, memasifkan sosialisasi dan simulasi di tingkat kelurahan hingga RT agar masyarakat mengetahui tindakan yang harus dilakukan sebelum, saat, dan setelah bencana. Sistem peringatan dini juga harus dipastikan sampai kepada masyarakat.
"Menghadapi prakiraan cuaca ekstrem BMKG untuk wilayah Riau, kami juga mengimbau segenap elemen masyarakat untuk melakukan langkah-langkah mitigasi mandiri seperti melaksanakan pembersihan lingkungan dan drainase, serta menghindari pohon-pohon besar yang berpotensi tumbang saat angin kencang," tuturnya.
Bagi pemilik usaha transportasi laut atau sungai, Wawako Sugiyarto mengingatkan agar senantiasa memperhatikan kondisi cuaca dan mempedomani keselamatan penumpang, menunda kegiatan penangkapan ikan secara tradisional hingga gelombang tinggi mereda, dan membudayakan sadar terhadap potensi ancaman bencana.
Mengakhiri amanatnya, Sugiyarto mengajak seluruh komponen masyarakat merenungkan bahwa Kota Dumai adalah rumah bersama yang harus dilindungi.
"Dengan khidmat kita bersama antara pemerintah, TNI, Polri, relawan, dunia usaha, serta seluruh lapisan masyarakat, kita dapat menghadapi segala bentuk bencana dengan lebih siap dan lebih kuat," tukasnya.*