Penyuluhan bahaya narkotika di SMA Negeri 1 Bangko
RIAU1.COM - BNN Kota Dumai memperingatkan meningkatnya aktivitas peredaran narkoba yang berlangsung secara terbuka di Kabupaten Rokan Hilir, saat menggelar penyuluhan bahaya narkotika di SMA Negeri 1 Bangko.
Peringatan tersebut disampaikan Kepala BNN Kota Dumai, AKBP Sasli Rais, MH, yang menegaskan bahwa wilayah pesisir panjang dan maraknya jalur tidak resmi membuat Rohil semakin rentan menjadi lokasi transaksi, sehingga diperlukan pengawasan lebih ketat dan keterlibatan aktif seluruh pihak untuk mencegah meluasnya penyalahgunaan narkotika di kalangan pelajar maupun masyarakat.
Kepala BNN Kota Dumai, AKBP Sasli Rais, sebagai narasumber utama dan menyampaikan paparan mengenai dampak destruktif narkotika, ragam jenisnya, serta konsekuensi hukum yang secara tegas diberlakukan kepada setiap individu yang terlibat dalam rantai penyalahgunaan maupun peredaran gelap.
Dalam penjelasannya, ia menegaskan bahwa penanganan narkotika merupakan bagian dari program prioritas nasional yang sejalan dengan Arah Kebijakan Presiden dalam memperkuat perlindungan generasi muda dari ancaman narkotika.
Sasli menjelaskan bahwa tren penyalahgunaan narkotika di kalangan pelajar menunjukkan kecenderungan yang memerlukan perhatian serius berdasarkan survei nasional BNN.
Oleh karena itu, intervensi preventif melalui edukasi publik, khususnya di institusi pendidikan, menjadi instrumen kunci dalam memutus mata rantai penyalahgunaan sejak dini.
Ia menambahkan bahwa kegiatan penyuluhan bukan hanya bertujuan meningkatkan literasi bahaya narkoba, tetapi juga menanamkan kesadaran kolektif untuk membangun lingkungan sekolah yang aman dan bebas dari narkotika.
Dalam kesempatan tersebut, Sasli turut memaparkan bahwa Kabupaten Rokan Hilir termasuk wilayah dengan tingkat kerawanan tinggi akibat faktor geografis yang memiliki garis pesisir sepanjang sekitar dua ratus tiga puluh lima kilometer serta keberadaan pelabuhan tidak resmi yang kerap dimanfaatkan sebagai jalur penyelundupan narkotika.
Kondisi ini, menurutnya, menuntut peningkatan sinergi antara pemerintah daerah, aparat penegak hukum, instansi terkait, serta partisipasi aktif masyarakat dalam memperkuat sistem pengawasan berbasis komunitas.
Ia menekankan bahwa penanganan narkotika dilaksanakan melalui pendekatan komprehensif meliputi pencegahan, pemberantasan, dan rehabilitasi bagi korban penyalahgunaan.
Sasli mengingatkan bahwa narkoba terdiri atas narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lain yang semuanya memiliki potensi tinggi menimbulkan ketergantungan sehingga dapat merusak masa depan generasi muda.
Untuk mengukur tingkat pemahaman siswa, ia melakukan interaksi langsung dengan meminta pelajar menyebutkan jenis-jenis narkoba yang umum beredar di masyarakat. Beberapa siswa mampu menyebutkan sabu, ekstasi, dan ganja, namun belum memahami bentuk fisiknya.
Panitia BNNK kemudian memberikan suvenir berupa pin dan kaos bertuliskan “War For The Drug” kepada siswa yang dapat menjawab pertanyaan secara tepat.
Dalam penjelasannya, Sasli menguraikan bahwa sabu memiliki bentuk menyerupai tawas, ganja menyerupai daun tembakau, sementara ekstasi berbentuk pil berwarna mencolok. Ketiga jenis tersebut merupakan narkotika yang dapat menimbulkan ketergantungan dan menghasilkan dampak psikologis maupun fisiologis yang serius.
Ia juga menyoroti hasil survei nasional yang menunjukkan bahwa penyalahgunaan narkotika tidak hanya terjadi di kalangan masyarakat umum, tetapi juga merambah anggota TNI, Polri, ASN, pelajar, dan ibu rumah tangga.
Dari data Indonesia Drug Report 2025, Provinsi Riau tercatat berada pada peringkat keenam nasional dengan jumlah pengguna narkotika yang tinggi, salah satunya disebabkan kedekatan geografis dengan negara tetangga Malaysia.
Sasli menambahkan bahwa wilayah Rokan Hilir merupakan salah satu titik rawan yang sering menjadi lokasi transaksi narkotika, bahkan pada siang hari. Ia menyebut bahwa Bagansiapiapi, khususnya kawasan Bagan Hulu, menjadi salah satu fokus pengawasan BNN serta aparat penegak hukum lainnya karena intensitas peredaran gelap yang cukup tinggi.
Melalui penyuluhan ini, BNN Kota Dumai berharap siswa mampu membangun kesadaran kritis dan keberanian moral untuk menjauhi narkoba serta mampu menjadi agen pencegahan di lingkungan masing-masing.
Sasli menutup penyuluhan dengan mengingatkan bahwa jaringan pengedar kerap memanfaatkan teknik pendekatan interpersonal untuk merekrut korban baru, sehingga para pelajar diminta tetap waspada dan tidak mudah terpengaruh oleh ajakan yang mengarah pada penyalahgunaan narkotika .