Rimbang Baling, Subayang Dan Keindahaan Alam Yang Terancam Memudar

Rimbang Baling, Subayang Dan Keindahaan Alam Yang Terancam Memudar

15 Juli 2019
Keindahan Suaka Margasatwa Rimbang Baling (Foto: Zar/Riau1.com)

Keindahan Suaka Margasatwa Rimbang Baling (Foto: Zar/Riau1.com)

RIAU1.COM - Selain memiliki objek wisata air terjun Batu Dinding, dan pemandian Sungai Lalan. Desa Tanjung Belit Kabupaten Kampar yang memiliki kawasan penyangga Suaka Margasatwa Bukit Rimbang Baling, Provinsi Riau sudah lama dikenal dengan keindahaan pesona alam serta jernihnya Sungai yang bernama Subayang.

Untuk menuju ke lokasi dapat menggunakan jalur darat melalui Desa Tanjung Belit. Berjarak 100 km dari Kota Pekanbaru, Riau.

Dilanjutkan dengan menggunakan piyau (perahu tradisional) yang merupakan moda transportasi air dan juga merupakan jalur utama bagi masyarakat sekitar.

"Selain ada objek wisata air terjun Batu Dinding dan pemandian Sungai Lalan, Desa Tanjung Belit sudah lama dikenal dengan Sungai Subayangnya," kata Kepala Desa Tanjung Belit, Efri Desmi.

Saat RIAU1.COM berkesempatan mengunjungi kawasan lindung ini, 13-14 Juli 2019 silam, sejauh mata memandang dihadapi dengan aliran Sungai Subayang dan bebukitan dengan pepohonanan yang asri.

Menambah kekaguman ditengah kondisi alam Riau lainnya yang telah rusak. Serta ditengah hiruk pikuknya industri perkebunan kelapa sawit, HTI yang mengancam keberadaan kawasan disekitarnya hingga perairan yang ada disekeliling perusahaan.

Tak hanya itu, keindahan Sungai Subayang rupanya turut didukung dengan tradisi lubuk larangan. Dalam waktu tertentu sungai yang telah ditandai dengan tali diharamkan bagi aktifitas penangkapan ikan.

Sehingga, habitat ikan-ikan yang ada di sepanjang aliran sungai sejenak tetap terjaga. Dan baru akan dibuka setahun sekali diawali dengan musyawarah antara Pemerintah Desa dan tetua adat.

Keelokan ini semua turut didukung dengan berdirinya penginapan-penginapan (homestay) yang dikelola penduduk sekitar.

Setidaknya telah berdiri enam homestay seperti Dua Putri 2, Nurbaiti, Putri 21, Nadia, Putra 2 dan Asma Laila. Pemilik homestay Dua Putri 2, Mustamil mengatakan semenjak dibuka untuk umum tahun 2017 silam, tamu yang ingin menikmati keindahaan Suaka Margasatwa jadi betah untuk berlama-lama.

Loading...

Apa lagi didukung dengan bantuan perusahaan yang menyediakan layanan pemesanan tiket pesawat dan hotel secara daring, Traveloka.

Sehingga perkembangan homestaynya menjadi terus berkembang. Mustamil dan homestay lainnya hanya mematok harga Rp100 ribu setiap malam/orang. Akan dikenakan biaya tambahan jika tamu ingin menikmati sarapan, makan siang atau makan malam.

"Kalau awal-awalnya dulu hitungannya Rp50 ribu/malam. Setahun yang lalu naik menjadi Rp100 ribu/orang," jelasnya.

Setiap tamu di sini akan menikmati pelayanan yang sama seperti kamar dengan luas 3x4 meter, kasur pegas dan listrik PLN. Tapi sayang fasilitas dan alamnya tidak mendapatkan dukungan dari penyedia jasa telekomunikasi terbesar di Indonesia, Telkomsel.

Masyarakat saat ini untuk semetara tidak bisa menerima dan menghubungi via telepon. Internet di Desa ini juga tidak bagus. Padahal, menurut salah satu warga, Asmarani sebelum Telkomsel meningkatkan jaringan menjadi 4G, mereka dapat menghubungi dan  menerima panggilan.

"Kalau gak bisa nelepon seperti ini sudah 4 bulan. Dulu Telkomsel lancar. Jadi kata Telkomselnya ada peningkatan jaringan menjadi 4G. Setelah diganti, telpon susah, Internet 4G pun juga gak bagus. Kondisi seperti ini sudah disampaikan, tapi tanggapan dari pihak Telkomsel belum ada," ucapnya kecewa.

Selain di lokasi tidak didukung oleh jaringan telekomunikasi, aksi pembalakan liar di Suaka Margasatwa juga tak bisa dihindari.

Mereka secara sembunyi-sembunyi menghabisi kawasan hutan untuk dijadikan sebagai kayu olahan. Terlihat dari sisa-sisa tebangan yang tak terangkut oleh pelaku saat kami berada di lokasi.

"Untuk ilegal loging itu fakta dan merupakan bagian dari pembelajaran. Tentunya ini adalah sebuah pembelajaran buat masyarakat. Pertanyaan seperti itu harapannya dapat merubah karakter kita. Dengan memberikan porsi kegiatan positif, kita harapkan kegiatan negatif bisa hilang. Ini tugas kita bersama dan seluruh masyarakat sebagai ikon wisata minat khusus di Riau ini," tutup Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Riau, Suharyono.