Seperti Ini Gambaran Risiko Bencana di Kabupaten Kampar

Seperti Ini Gambaran Risiko Bencana di Kabupaten Kampar

24 September 2023
FGD membahas potensi bencana di Kabupaten Kampar

FGD membahas potensi bencana di Kabupaten Kampar

RIAU1.COM - Upaya meminimalisir dampak buruk dari bencana alam dan non alam yang terjadi di Kabupaten Kampar, bersama tim dari Pasca Sarjana Universitas Gajah Mada (UGM) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kampar bahas Laporan Akhir Penyusunan Kajian Resiko Bencana Kabupaten Kampar 2023-2027 belum lama ini.

Forum Grup Discusion (FGD) Dokumen Kajian Resiko Bencana Kabupaten Kampar 2023-2027 ini dipimpin  Asisiten II Setda Kampar Suhermi,ST.

Suhermi dalam arahannya menyampaikan bahwa dalam dampak bencana perlu kajian. Karena kabupaten Kampar memiliki indek risiko yang tinggi untuk multi ancaman bencana dan perhitungan indeks risiko dari tahun 2015-2022

"Kabupaten Kampar sendiri menempati urutan ke 5 tertinggi bahaya bencana di Provinsi Riau, dan peringkat 178 dari 514 kabupaten di seluruh Indonesia. Dimana kategori tinggi bencana tersebut antara lain bencana banjir, tanah longsor, karhutla, cuaca ekstrem, dan gempa bumi," kata dia.

Dari lima bencana diatas, sebut dia, hasil rekapitulasi kajian bahaya kabupaten kampar hanya satu bahaya terendah yakni bencana gempa. Selebihnya level merah atau tinggi. 

"Dengan demikian, kepada dinas terkait, Camat sampai Kepala Desa agar memahami dampak dari bencana, kajian kerentanan bencana, serta dampak bencana  tersebut," ujarnya.

Sementara itu Kalaksa BPBD Kampar Drs Agustar dalam laporannya menyampaikan bahwa Kajian Resiko Bencana sendiri merupakan fase awal dari Strukturisasi Perencanan Penaggulangan Bencana.

"Dengan demikian, sangat perlu kita melakukan kajian risiko bencana dan kajian kerentanan bencana, Indek ketahan daerah baik bencana banjir, kebakaran hutan dan lahan, tanah longsor maupun bencana tsunami," tuturnya.

Dia meyampaikan, hahwa dalam pengkajian risiko bencana, harus mengetahui karakteristik daerah bagaimana penanganannya.

"Disisi selatan sendiri, atau tepatnya wilayah Kampar Kiri Hulu. Dimana di daerah ini terdapat 10 desa terisolir yang aksesnya hanya melewati sungai. Maka perlu kajian, karena apabila musim hujan ataupun kemarau dengan transportasi sampan juga menjadi kendala," sebut dia.

Kemudian disisi barat seperti longsor yang akan mempengaruhi harga pangan di Pekanbaru yang secara tidak langsung mempengaruhi inflasi. Begitu juga daerah wilayah Tapung Raya terkait Migas dan dampak alam lainnya.

"Selanjutnya, untuk di aliran sungai kampar yang musim hujan sering terjadi meluapnya air yang mengakibatkan banjir dan bisa berdampak tebing atau bantaran sungai kampar di pemukiman longsor," paparnya.*