Ilustrasi Ibadah Haji. Foto: Getty Images.
RIAU1.COM -Serangan jantung akut yang dipicu kelelahan menjadi penyebab tertinggi kematian jemaah haji Indonesia. Jumlah kematian jemaah haji akibat penyakit ini sudah melampaui 2018.
Dilansir dari Tempo.co, Sabtu (31/8/2019), Kepala Seksi Kesehatan Daker Mekkah Imran mengatakan, penyebab kematian 2019 yang cukup tinggi dibandingkan tahun sebelumnya pertama karena kelelahan pasca-Armuzna (puncak haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina).
“Jemaah kita terus melakukan rangkaian selanjutnya seperti tawaf Ifadhah. Ini aktivitas fisik yang menguras habis karena mereka akan pulang dan juga harus melakukan ibadah-ibadah lain sehingga kelelahan ini memicu terjadinya atau munculnya penyakit-penyakit yang sudah diderita sebelumnya maupun penyakit yang belum pernah mereka derita sebelumnya,” katanya.
Sebagian besar anggota jemaah haji wafat setelah Armuzna adalah akibat serangan jantung akut yang dipicu oleh kelelahan, juga cuaca yang cukup ekstrem di Arab Saudi. Tercatat jumlah anggota jamaah yang wafat hingga 31 Agustus 2019 sudah sebanyak 392 orang.
Penyebab kematian tertinggi akibat gangguan kardiovaskular sebanyak 118 orang. Sebanyak 106 meninggal karena gangguan pernapasan (penyakit paru-paru) dan sementara sisanya beragam.
Tahun 2018 hingga akhir musim haji anggota jemaah yang wafat sebanyak 385 orang. Imran mengatakan, saat ini jumlah anggota jemaah haji yang dirawat di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) sebanyak 49 orang dan dirawat di RS Arab Saudi sebanyak 111 orang.
“Mereka yang ada di KKHI terus kami usahakan supaya mereka stabil dan perbaiki kondisi kesehatan dan kemudian transportable untuk dievakuasi ke Madinah. Karena, pemulangan saat ini sudah melalui Madinah kemudian untuk RSAS kita melakukan visitasi jamaah kita yang ada di RSAS dan apabila mereka sudah dinyatakan boleh pulang akan segera kita urus untuk transportasi ke Madinah,” katanya.
Pihaknya mengupayakan agar mereka yang sakit dan kembali dari RSAS ke KKHI tetap terjaga kondisi kesehatannya.
“Jadi mereka setelah dirawat di RSAS, mereka akan kembali ke KKHI dan kami upayakan agar mereka bisa terus stabil dan terjaga terus kondisi kesehatannya. Mereka yang tidak bisa duduk akan dievakuasi dengan posisi baring. Mereka yang bisa duduk kita akan latih supaya bisa duduk lebih lama dan lebih kuat menempuh perjalanan darat cukup jauh 6-7 jam ke Madinah,” jelasnya.