
Pelabuhan Sunda Kelapa (Foto: Istimewa/indonesia.go.id)
RIAU1.COM - Legenda Bandar Sunda Kelapa sudah dikenal pada permulaan abad ke-16. Salah satunya karena memiliki reputasi Internasional bagai kerajaan Pajajaran.
Pelabuhan ini sering didatangi pedagang-pedagang dari Malaka, Sumatra, Kalimantan, Makasar, Jawa, Madura dan pedagang-pedagan asing dari Timur Tengah dan China dikutip dari indonesia.go.id, Selasa, 29 Desember 2020.
Dimasa kejayaannya, Sunda Kelapa dikenal sebagai pelabuhan utama, sangat megah dan paling baik di antara pelabuhan lain milik kerajaan Hindu Pajajaran lainnya.
Tak hanya itu, pelabuhan ini juga dijadikan sebagai salah satu lokasi perdagangan budak. Sebagian besar dari budak itu didatangkan dari kepulauan Maldewa dan sebagian lainnya berasal dari Pulau Jawa.
Seiring perjalanan waktu, bandar ini dilirik oleh para penjelajah Portugis. Awalnya mereka tiba membawa aneka rupa cinderamata bagi Raja Kerajaan Hindu Pejajaran.
Lama-kelamaan mereka menawarkan perbantuan jika kota bandar ini diserang oleh Kerajaan Cirebon.
Disinilah niat busuk itu mulai tercium. Sebagai imbalannya, pihak Portugis diperkenankan mendirikan loji atau kantor dagang di Bandar Banten yang ujung-ujungnya didirikan di Sunda Kalapa.
Menariknya, meskipun telah ada perjanjian pakta pertahanan dengan Portugis, bantuan Portugis untuk ikut mempertahankan Sunda Kalapa ternyata tidak pernah terjadi.
Francisco de Saa, sosok yang ditugaskan oleh Kerajaan Portugal untuk melaksanakan kesepakatan itu baru tiba di Sunda Kalapa di tahun 1527.
Sementara kerajaan ini sudah berpindah tangan karena dipukul mundur oleh pasukan dari Sultan Trenggana dari Kerajaan Demak, Sunan Gunung Jati atau Fatahillah, hingga raja Kerajaan Cirebon pada 1526.
Ketika pasukan portugis ini di sana, Sunda Kalapa telah sepenuhnya dikuasai oleh Kerajaan Islam. Setelah berada dibawah perintah Fatahillah nama Sunda Kalapa dan bandar tersebut diganti menjadi Jayakarta pada 22 Juni 1527.