
Menteri Agama (Menag) RI Nasaruddin Umar
RIAU1.COM - Menteri Agama (Menag) RI Nasaruddin Umar menegaskan, penggunaan jalur laut untuk keberangkatan jamaah haji dan umrah Indonesia masih sebatas wacana.
Alhasil, pihaknya belum dapat memastikan apakah moda transportasi laut dapat menjadi opsi tambahan di samping penerbangan untuk haji dan umrah.
Bagaimanapun, Menag mengakui, Kementerian Agama (Kemenag) RI sudah menyampaikan wacana tersebut kepada Pemerintah Arab Saudi. Sejauh ini, lanjutnya, kemungkinan penggunaan jalur laut untuk perjalanan haji dan umrah masih terus didiskusikan dengan otoritas Kerajaan.
"Itu masih dalam wacana, dalam wacana," ujar Menag Nasaruddin Umar saat ditanya awak media usai membuka acara "Annual International Conference on Islam, Science, and Society" (AICIS) 2025 di Kantor Kemenag, Jakarta Pusat, Rabu (9/7/2025) yang dimuat Republika.
Menurut Menag, opsi jalur laut sangat prospektif untuk dilakukan demi memberangkatkan jamaah haji dan umrah dari Indonesia ke Arab Saudi. Terlebih lagi, penggunaan moda transportasi laut diharapkan lebih ekonomis dibanding pesawat udara.
“Digagas ke depan kami kira sangat prospektif memperkenalkan umrah dan haji melalui kapal laut. Kami juga kemarin berbicara dengan sejumlah pejabat-pejabat di Saudi Arabia,” ucap Imam Besar Masjid Istiqlal ini.
Wacana ini mencuat dalam acara peluncuran State of the Global Islamic Economy (SGIE) Report 2024/2025 dan peringatan satu dekade Indonesia Halal Lifestyle Center (IHLC) di kantor Bappenas, Jakarta, Selasa (8/7/2025) lalu.
Dalam kesempatan itu, Menag mengatakan, perjalanan haji dan umrah via jalur laut dapat menjadi pilihan yang lebih terjangkau bagi masyarakat bila dibandingkan dengan jalur udara.
Hal itu dipandangnya semakin prospektif jika pelbagai infrastruktur pendukung, seperti pelabuhan dan sarana transportasi laut, telah tersedia.
"Kalau memang itu persyaratannya terpenuhi, peluangnya sudah dibangun sekarang. Itu terbuka," kata Menag, Selasa (8/7/2025).
Ia menilai, model ini memungkinkan jamaah dari negara-negara di kawasan Asia, termasuk Indonesia, untuk mengakses Tanah Suci melalui pelabuhan di Arab Saudi, seperti Jeddah. Dengan begitu, mereka tidak perlu bergantung sepenuhnya pada penerbangan.
"Bukan hanya negara-negara kawasan yang dekat seperti Mesir, bahkan dari Indonesia dan Asia lainnya bisa mengakses," katanya.
Menag memandang, inisiatif ini tidak hanya membuka jalur baru bagi masyarakat, tetapi juga akan memberikan nilai tambah bagi Arab Saudi. Terlebih lagi, menurut dia, Kerajaan kini lebih terbuka terhadap berbagai inovasi dan investasi strategis.*