Kebersamaan Syamsuar dan UAS beberapa tahun lalu/net
RIAU1.COM - Seluruh penjuru Indonesia tengah menjalani proses Pemilu. Yakni Pemilihan Kepala Daerah Serentak, untuk memilih Gubernur/Wakil Gubernur serta Bupati/Wakil Bupati dan Walikota/Wakil Walikota. Hingar bingarnya tak terelakkan. Berbagai dinamika politik muncul, sebab sepanjang sejarah Republik ini, adalah kali pertamanya seluruh Provinsi dan Kabupaten/Kota menggelar hajatan demokrasi berjadwal sama.
Perhatian kita tertuju ke Pemilihan Gubernur Riau (Pilgubri), ketika “pemain politik” bermunculan dengan ragam latar belakang. Berbasis suku, agama, teritori wilayah dan golongan. Melandasi kemunculannya berdasarkan argumen, asumsi bahkan spekulasi. Demikianlah hukum demokrasi yang memang memberikan kebebasan bagi warga negara dibalik konsekuensinya berdasarkan hukum positif kita.
Dalam konteks Pemilu, memilih dan dipilih keniscayaan bagi setiap anak negeri. Tentunya melalui persyaratan dan mekanisme yang diatur oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hal tersebutlah yang mendasari Tokoh sekaliber UAS (Ustad Abdul Somad) pun tak mau menyia-nyiakan haknya untuk terlibat aktif di pusaran Pemilu kali ini. UAS betul-betul telah menjadikan dirinya sebagai suluh dalam gelap dalam arti yang lebih kompleks, yaitu mempromosikan pilihannya seumpama cahaya yang menerangi kegelapan masyarakat dalam ragu tatkala memilih pemimpin politik di daerahnya.
Prilaku politik UAS pada sesi pemilu kali ini memang diluar dugaan. Menukil dari beranda resmi Media Sosialnya, UAS mendominasi perannya pada Pemilihan Gubernur Riau sambil menyisip pada beberapa Kabupaten di Riau. UAS pun terlihat mempromosikan dukungan pada beberapa Provinsi/Kabupaten di Sumatera. UAS semacam benar-benar telah menggunakan keyakinannya untuk memisahkan hak dan bathil dalam perkara memilih pemimpin. UAS pun terlihat yakin mempromosikan janji dalam tuangan visi-misi kandidat pilihannya.
Syahdan, Kita semua termasuk UAS secara personal memiliki prefensi politik, lalu ada yang diam saja, atau bergerak melalui berbagai cara. Termasuk menyiarkannya di agenda dakwah agama (Tabligh Akbar), meskipun secara demokrasi nyaris tidak bisa dipersoalkan, tapi secara agama siapapun bertanggung jawab kelak di akhirat hal ikhwal memilih pemimpin.
Pada Pilgubri kali ini, UAS telah menjadi promotor tunggal pasangan yang menjadi pesaing SUWAI (Syamsuar-Mawardi), terlebih ketika dalam satu sesi kampanye ia menegaskan bahwa dirinyalah yang “menyeret” Abdul Wahid sebagai Gubernur Riau, berpasangan dengan SF. Hariyanto, bekas Kepala Dinas PU dan Sekretaris Daerah Provinsi Riau yang sempat tersorot pada beberapa kasus kontroversial.
Banyak yang menduga-duga, selain alasan tersambung kerabat pernikahan dua keluarga antara UAS dan Abdul Wahid, apa yang kemudian mendasari keyakinan UAS terhadap pasangan 01 ini. Belakangan UAS menitipkan amanah melalui kontrak politik khusus bersama pasangan ini, yang bermuatan tentang perhatian lebih pada peningkatan kualitas SDM bernuansa qur’ani. Namun ada juga yang menguatkan alasan, yakni ketika UAS menaruh krisis kepercayaan dan kekecewaan terhadap Syamsuar, sosok politisi birokratik yang pernah disanjung UAS bahkan dirinya secara pasif menaruhkan dukungannya kepada pasangan Syamsuar-Edy Natar pada Pilgubri 2018 silam.
Tidak ada yang tau persis dinamika hubungan keduanya, kendatipun hubungan keduanya terlalu kecil untuk dipetaruhkan bagi 6,6 Juta penduduk Riau. Bagi penulis, mengagumi pak syamsuar sebagai seorang Politisi dengan integritas birokratis tinggi, serta berdedikasi tinggi pada nilai-nilai etis. Dan mengagumi UAS sebagai ulama yang terampil menyiarkan pesan-pesan Islam secara sederhana. Keduanya adalah sosok dari dimensi sosial yang berbeda sehingga sangat sayang untuk dipertentangkan.
Jika dalam politik UAS menggunakan prefensinya harus dihormati, kita tidak perlu memperdebatkan ulang Politik dan Agama dalam aktifitas Pemilu. Tapi yang lebih pasti bahwa pilihan UAS belum tentu benar, Rakyat Riau masih bisa menggunakan prefensinya sendiri dalam menentukan pilihan di Pilgubri nanti. Sebagai pengagum UAS, Penulis tegas untuk tidak sejalan dengan prefensi politik UAS di Pilgubri, sebab penulis telah menyederhanakan makna hak dan bathil dari ceramah-ceramah UAS. Terlebih dalam memilih pemimpin.
Oleh: Zunnur Roin
Sekjend Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam Periode 2020-2022