Deretan Fakta Memilukan Dibalik Sirkus Lumba-lumba yang Menggemaskan

13 Januari 2019
Seekor ikan lumba-lumba berada di kolam sirkus WSI yang digelar di komplek Purna MTQ Pekanbaru (foto: barkah/riau1.com)

Seekor ikan lumba-lumba berada di kolam sirkus WSI yang digelar di komplek Purna MTQ Pekanbaru (foto: barkah/riau1.com)

RIAU1.COM - Beberapa tahun belakang, pertunjukan sirkus lumba-lumba sudah menuai reaksi keras dari para pemerhati satwa di Indonesia. Namun sayang, pementasan atraksi mamalia laut yang merupakan hewan dilindungi itu masih tetap diizinkan di beberapa tempat di tanah air.

Seperti halnya di Kota Pekanbaru, Riau, sebuah pertunjukan sirkus lumba-lumba masih diperbolehkan digelar meski sudah mendapat penolakan dari sekelompok masyarakat yang peduli dengan kelangsungan hidup satwa dilindungi tersebut.

Bahkan, pertunjukan sirkus Wersut Seguni Indonesia (WSI) yang digelar di Komplek Purna MTQ Pekanbaru itu berlangsung sejak tanggal 12 Januari sampai tanggal 17 Januari 2019 mendatang.

Berkedok edukasi, masyarakat yang rela datang dan menyaksikan pertunjukan dengan mengeluarkan biaya sebesar Rp50 ribuan, merasa terhibur dengan tingkah laku lumba-lumba saat melakukan atraksi sesuai dengan petunjuk pelatihnya.

Tapi, dibalik tingkah lucu para satwa di sebuah sirkus, para hewan yang dilatih tidak pernah mendapatkan perlakuan layak. Ditambah lagi, sirkus bukanlah tempat yang seharusnya hewan-hewan tersebut berada.

Dikutip Riau1.com dari Tandapagar.com, berikut beberapa hal yang dialami lumba-lumba dan hewan-hewan lainnya saat 'terjebak' di sirkus pertunjukan:

1. Dibawa dengan menggunakan kotak sempit.

Untuk bisa ditampilkan dalam pertunjukan sirkus, lumba-lumba ditangkap dari habitat aslinya dan di masukkan ke dalam kotak sempit seukuran tubuhnya.

Selama perjalanan, lumba-lumba hanya dibungkus spon atau kain basah, biasanya juga dibalur dengan mentega atau lotion agar tetap lembab. Jika sirkus lumba-lumba adalah jenis sirkus keliling, maka kotak inilah rumah si lumba-lumba, bukan air. Karena berenang di air hanya bisa ia nikmati ketika pertunjukan saja.

2. Proses pemindahan dari kotak ke kolam sirkus dengan jaring.

Proses pengangkutan lumba-lumba yaitu dengan menggunakan jaring yang sudah pasti akan dilakukan dengan kasar dan sehingga menyakiti tubuh lumba-lumba.

3. Pertunjukan sirkus mengganggu sistem sonar lumba-lumba.

Hidup lumba-lumba selama di penangkaran atau sirkus keliling tidak akan tenang. Sebab, ketika tiba waktu pertunjukan, maka ia akan lebih banyak mendengar suara bising penonton, tepuk tangan yang riuh ramai.

Lumba-lumba berkomunikasi dengan sistem sonar. Para lumba-lumba mampu saling berkomunikasi dalam jarak 220 kilometer. Kekacauan pasti terjadi pada sistem sonarnya ketika lebih banyak dan lebih sering mendengar sound system dan suara bising penonton sirkus.

Hal ini berujung kepada kematian lumba-lumba yang mengalami stres selama hidup di penakaran sirkus.

4. Proses latihan yang keras.

Lumba-lumba tidak melalui proses yang mudah untuk bisa memiliki kemampuan menghibur penonton saat pertunjukan sirkus.

Lumba-lumba akan mendapat kekerasan jika tak menurut, dan memang kebanyakan pada semua hewan sirkus, begitulah cara yang akan didapat oleh para hewan agar patuh pada perintah pawang.

5. Dilatih dengan metode lapar.

Baik lumba-lumba maupun hewan lainnya yang berada di sirkus, akan dibuat lapar untuk bisa patuh dengan perintah pawang agar bisa mendapatkan makannannya.

6. Hidup penakaran yang menyiksa.

Lumba-lumba hidup di dalam kolam air tawar yang sudah dicampur dengan klorin. Hal tersebut membuat kulit lumba-lumba terasa terbakar dan dapat mengalami kebutaan.

7. Dilatih berperilaku tidak alami.

Lumba-lumba diajarkan dengan perilaku tidak alami selama berada di penakaran sirkus, seperti melompati lingkaran api dan mencium orang. Begitu juga program latihan dengan rasa lapar. Lumba-lumba akan diberi makanan yang sedikit agar mau menuruti perintah pawang.

Lumba-lumba dan paus adalah makhluk yang sangat cerdas. Mereka memiliki otak besar yang kompleks, mereka mengenali diri mereka sendiri, dan mereka juga menciptakan bahasa yang kompleks.

8. Lumba-lumba seharusnya hidup berkelompok.

Di alam liar, lumba-lumba hidup berkelompok dan berpergian hingga ratusan mil jauhnya setiap hari. Mereka menjelajahi banyak tempat,  mengenali sekitar mereka dengan sonar yang telah disesuaikan oleh lingkungan mereka dan indra tersebut tidak dimiliki oleh manusia.

Mereka bermain, berenang bersama dengan keluarga serta teman mereka dalam kelompok yang sangat erat. Maka lumba-lumba sirkus sering mengalami stres dan cepat mati akibat dipisahkan dari keluarga dan kawan-kawannya.

9. Usia lumba-lumba di penakaran sirkus lebih pendek.

Akibat seringnya mendapa perlakukan tak semestinya, seperti seharusnya hidup bebas di alam terbuka, usia lumba-lumba dalam penangkaran atau sirkus keliling jauh lebih pendek daripada lumba-lumba yang hidup di laut lepas.

Lumba-lumba di penangkaran dipaksa untuk tampil hampir setiap hari. Kolam penangkaran merupakan penjara bagi lumba-lumba.

Jadi, tak heran bila lumba-lumba sirkus hanya bisa bertahan hidup direntang usia 2 tahun hingga 8 tahun. Jika hewan ini hidup bebas di habitat aslinya, maka akan hidup sampai usia 40 tahun.