Pacu Jalur Viral, Budayawan Riau Soroti Kesiapan Infrastruktur

22 Juli 2025
Podcast Riau24official bersama budayawan Riau Juswandi bahas Pacu Jalur

Podcast Riau24official bersama budayawan Riau Juswandi bahas Pacu Jalur

RIAU1.COM - Tradisi Pacu Jalur, lomba perahu panjang khas Riau, kembali menarik perhatian publik setelah viral di berbagai platform media sosial.

Aksi menakjubkan anak-anak yang menari di ujung perahu saat melaju di sungai tak hanya memukau masyarakat Indonesia, tapi juga dunia.

Menurut budayawan Riau Juswandi SS, MA dalam podcast riau24 official pada Senin (21/7), menyampaikan bahwa Pacu Jalur bukan hanya tentang perlombaan perahu, melainkan warisan budaya yang sarat dengan nilai gotong royong.

“Kalau kita bicara tentang tradisi Pacu Jalur, berarti kita memulai dari sifatnya gotong royong. Sebelum perahu dibuat, masyarakat bermusyawarah bersama ninik mamak di kampung untuk mencari kayu. Prosesnya penuh kebersamaan, bahkan dulu masyarakat membawa bekal nasi dan ayam untuk dimakan bersama. Satu ayam dimasak, satu lagi dilepas sebagai bentuk syukur,” jelasnya.

Dengan viralnya Pacu Jalur, Juswandi menyoroti minimnya kesiapan infrastruktur, mulai dari jalur perlombaan sepanjang satu kilometer yang tak mampu menampung lonjakan penonton, tribun yang penuh, akses yang sempit, hingga kondisi sungai yang dangkal saat musim kemarau sehingga menyulitkan jalannya pacu.

Fenomena viral Pacu Jalur sendiri dipicu oleh konten-konten unik di media sosial, terutama video anak-anak yang menari di atas perahu saat perlombaan berlangsung sehingga aksi luar biasa ini mengundang kekaguman dari masyarakat internasional.

Viralitas Pacu Jalur membawa dampak positif seperti meningkatnya ekonomi, penuhnya penginapan, dan keuntungan bagi warga dari kunjungan wisatawan, namun sekaligus menimbulkan tantangan baru bagi masyarakat lokal.

Menjelang puncak perhelatan Pacu Jalur yang akan digelar pada 19 sampai 24 Agustus 2025, Juswandi menilai pemerintah pusat perlu turun tangan. Kesiapan penyelenggaraan tidak bisa hanya dibebankan kepada masyarakat lokal.

“Kalau memang ingin mendunia, panitia harus diperkuat, tidak hanya dari masyarakat setempat, tapi juga dari pemerintah. Semua harus disiapkan, jangan hanya mengandalkan nama besar yang viral,” ujarnya.

Sebagai penutup, Juswandi mengingatkan bahwa viralnya tradisi Pacu Jalur seharusnya menjadi momentum untuk memperkuat pelestarian budaya, bukan sekadar menjadikannya tontonan massal tanpa makna.MgA