Isu Penculikan Anak, Berikut Pendapat Kapolda Sumbar

Isu Penculikan Anak, Berikut Pendapat Kapolda Sumbar

4 Februari 2023
Kapolda Sumatera Barat, Irjen Pol Suharyono

Kapolda Sumatera Barat, Irjen Pol Suharyono

RIAU1.COM - Kabar isu penculikan anak di Sumatera Barat (Sumbar) ditegaskan Kapolda Sumatera Barat, Irjen Pol Suharyono adalah hoaks. Namun ia meminta kepada orang tua tetap waspada mengawasi anaknya.

"Masalah isu penculikan. Informasi yang berkembang itu ada tiga, isu, gosip dan rumor. Dan terkahir adalah nyata. Sebelum sesuatu menjadi nyata, harusnya kita cek, ricek, kroscek, last cek dan final cek," ujar Suharyono, Sabtu (4/2) seperti dimuat Langgam.id

Ia meminta informasi yang berkembang harus selalu mengecek kebenarannya. Apakah informasi itu pasti atau hanya sekadar hoaks.

"Itu A1 atau F6. Kalau F6, baru itu hoaks. Berita hoaks itu selalu dimunculkan menjelang peristiwa besar, seperti pemilu. Dimunculkan penculikan anak, dimunculkan isu santet, dimunculkan kolor ijo. Tapi di antaranya, ya, kita antisipasi saja," tuturnya.

"Kalau di Sumbar saat video beredar warga yang menduga anaknya pernah menjadi korban penculikan itu sebenarnya hoaks. Tapi andaikata di wilayah tertentu di luar wilayah Sumbar benar terjadi penculikan anak, kami mengimbau orang tua tetap waspada kepada anaknya," ujarnya.

Namun demikian Suharyono tak menampik dari dulu isu peristiwa penculikan anak sering terjadi. Namun terjadi sebenarnya perlu didalami.

"Khawatirnya tidak terjadi, setelah didalami ternyata hanya skenario dibuat, apalagi pelaku penyabar hoaks memanfaatkan. Mungkin peristiwa yang terjadi di luar daerah kemudian diarahkan ke Sumbar, agar Sumbar yang sudah kondusif menjadi tidak," katanya.

Ia meminta para pelaku hoaks jangan sekali-kali mengembangkan isu yang merendahkan masyarakat. Akan tetapi masyarakat juga diminta jangan underestimate atau meremehkan.

"Seolah-olah ini tidak terjadi ke masa mendatang. Bisa jadi kita underestimate, benar terjadi," tuturnya.

Suharyono mengimbau kepada orang tua untuk dapat mengantar dan menjemput anaknya ke sekolah. Jangan sampai tertipu dengan orang yang memanfaatkan kejahatan.

"Seolah-olah ia (pelaku) diutus orang tua menjemput, ini harus hati-hati. Kepada guru dan orang tua harus menekan kepada anak," ujar dia.*