
TKP penembakan diplomat RI di Peru
RIAU1.COM - Diplomat RI untuk Peru, Zetro Leonardo Purba, tewas ditembak oleh orang tak dikenal. Menurut otoritas setempat, pelaku diduga merupakan warga negara asing dan pembunuh bayaran.
Seperti dilansir dari media Amerika Latin, Infobae, Kepolisian Nasional Peru (PNP) berada di area tersebut untuk menyelidiki insiden tersebut.
"Ini adalah pembunuhan pertama yang dilakukan oleh pembunuh bayaran yang kami tangani tahun ini di distrik Lince. Peristiwa dan motif di balik pembunuhan individu ini belum diketahui," ujar Komisaris Guivar kepada TV Perú Noticias yang dimuat Republika.
Polisi setempat belum mengenyampingkan kemungkinan adanya motif balas dendam dalam pembunuhan tersebut. Namun berdasarkan rekaman kamera keamanan yang terlihat, pelaku pembunuhan ditengarai adalah warga negara asing atau bukan warga lokal.
"Belum dikesampingkan kemungkinan adanya balas dendam. Kami sedang melakukan investigasi untuk menentukan identitas para penyerang," ujarnya.
Nama Zetro Leonardo Purba memenuhi kabar di berita lokal mauun di Indonesia setelah kejahatan tragis yang merenggut nyawanya di distrik Lince. Ia tewas ditembak tiga kali oleh orang terkenal.
Zetro (42 tahun) yang baru saja menetap di Lima untuk bekerja di Kedutaan Besar negaranya, menjalankan tugas administratif. Ia dikenal sebagai sosok yang pendiam.
Zetro Leonardo Purba menyelesaikan masa jabatannya sebagai Bendahara dan Perencana Rumah Tangga (BPKRT) di Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Melbourne, Australia, antara tahun 2019 dan 2022.
Setelah menyelesaikan masa jabatannya, ia kembali ke Jakarta, ibu kota Indonesia, untuk melanjutkan tugasnya di Kementerian Luar Negeri. Selama masa jabatannya, ia dikenal luas atas dedikasi dan kontribusinya yang berharga bagi konsulat.
Pada Senin malam, saat berjalan di sebuah jalan di distrik tersebut, ia dicegat oleh tiga orang—diduga warga negara asing—yang kemudian menembaknya. Istrinya sedang menunggunya di pintu masuk gedung ketika kejahatan itu terjadi.
Diplomat tersebut tinggal di sebuah apartemen sewaan di dekat Taman Ramón Castilla bersama istri dan anak-anaknya. Menurut laporan polisi, ia bersepeda di malam hari karena lokasinya yang dekat dengan misi diplomatiknya untuk menjalankan tugas.
Irwan Butapierre, seorang pejabat Kedutaan Besar Indonesia, menyatakan bahwa ia mengenal korban sebagai pribadi yang tenang dan berdedikasi kepada keluarganya.
"Peru adalah negara yang tidak aman. Ia sedang bersepeda dengan tenang, tidak menduga akan ada bahaya, dan mereka menembaknya. (...) Saya tidak tahu mengapa mereka membunuhnya," katanya, sambil mendesak pihak berwenang untuk bertindak cepat dan menangkap mereka yang bertanggung jawab.*