Sejarah 30 Agustus: Referendum, Timor-Timur Akhirnya 'Merdeka Dari Indonesia'

30 Agustus 2020
Ilustrasi (foto: Istimewa/internet)

Ilustrasi (foto: Istimewa/internet)

RIAU1.COM - Runtuhnya 32 tahun kekuasaan Suharto membawa angin teramat segar bagi hampir seluruh rakyat Timor Timur. Pasalnya, keinginan untuk memisahkan diri dari 'jajahan Indonesia' akhirnya terwujud tepat hari ini tahun 1999.

Presiden RI B.J Habibie mengizinkan wilayah ini untuk menentukan nasibnya sendiri melalui voting dengan dua opsi dinukil dari tirto.id, Minggu, 30 Agustus 2020.

Pertama, menerima otonomi khusus untuk Timor Timur dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dan kedua, menolak otonomi khusus yang diusulkan untuk Timor Timur, yang menyebabkan pemisahan Timor Timur dari Indonesia.

Hasilnya sudah pasti bisa ditebak. Total 344.580 dari total 438,968 suara atau 78,50 persen rakyat Timor Timur memilih opsi kedua.

Sedangkan sisanya sebanyak 94.388 suara atau 21,50 persen memilih menerima otonomi khusus dan bergabungnya Timor Timur ke Indonesia.

Provinsi ke-27 Indonesia itu akhirnya lepas dari Indonesia dan memperoleh status resminya sebagai negara anggota PBB pada 20 Mei 2002.

Kemerdekaan yang teramat dinanti ini bermula setelah Portugis berniat melepaskan seluruh wilayah jajahannya termasuk Timor Portugis (Timor Timur) karena status konstitusi.

Artinya, wilayah ini sejak Indonesia merdeka memang tak pernah menjadi bagian dari Ibu Pertiwi.

Tapi rezim Suharto berpikir lain. Ketika tengah bersiap untuk mendirikan negara baru setelah lepas dari Portugis, konflik terjadi di internal antara partai-partai politik seperti União Democrática Timorense (UDT), Front Revolusioner Independen Timor Timur (Fretilin) dan Populer Demokrat Asosiasi Timor (Apodeti).

Yang paling terasa antara UDT dan Fretilin. Mereka saling sikut hingga terjadi pertumpahan darah. UDT kalah lalu lari ke perbatasan dan masuk ke Indonesia.

Pertikaian ini dilirik pemerintah dan militer Indonesia. Apa lagi yang memenangkan pertikaian itu adalah Fretilin berpaham komunis. Suharto khawatir, gaungnya akan mempengaruhi Nusantara.

Kekhawatiran ini menjadi bahan proposal pengajuan bantuan Indonesia ke Amerika Serikat. September 1975, pasukan khusus milik Indonesia memulai serangan awal. Membuat lima wartawan yang bekerja di jaringan Australia dieksekusi. Australia berang.

Serangan resmi Indonesia baru benar-benar terjadi pada 7 Desember 1975 dengan nama sandi Operasi Seroja. Dengan bantuan Amerika, Indonesia dengan mudahnya merebut wilayah ini.

Hingga akhirnya 17 Juli 1976, pemerintah Indonesia mengenalkan wilayah Timor Timur sebagai provinsi ke-27.

Dimasukkanlah pemahaman di sekolah-sekolah dan seluruh siaran nasional bahwa Indonesia menempatkan para nasionalis Timor Timur sebagai pemberontak dan separatis yang harus ditumpas.