Sudahkan Kita Maksimalkan Ibadah 10 Hari Terakhir Ramadhan? Berikut Amalan yang Bisa Dilakukan

Sudahkan Kita Maksimalkan Ibadah 10 Hari Terakhir Ramadhan? Berikut Amalan yang Bisa Dilakukan

4 Mei 2021
Ilustrasi

Ilustrasi

RIAU1.COM - Keistimewaan 10 hari terakhir bulan Ramadan sangatlah besar. Nabi Muhammad SAW bahkan memperbanyak ibadah pada malam-malam ini.

Di dalam hadis riwayat ‘Aisyah dijelaskan “Ketika memasuki sepuluh akhir Ramadan, Nabi fokus beribadah, mengisi malamnya dengan ibadah, dan membangunkan keluarganya untuk ikut ibadah,” (HR Al-Bukhari). 

Pada masa 10 hari terakhir Bulan Ramadan, Allah SWT akan membebaskan hamba-Nya yang berpuasa dari segala dosa dan terbebas dari siksa api neraka. Hal ini juga berkaitan dengan turunnya Al-Qur’an dan malam Lalilatul Qadar. Walaupun tidak diketahui kapan datangnya malam Lailatul qadar, umat Islam diminta untuk mengusahakannya di 10 hari terakhir bulan Ramadan.

Hal ini seperti sabda Rasulullah SAW: "Carilah malam lailatul qadar di malam ganjil dari sepuluh terakhir bulan Ramadhan." (HR. Imam Bukhari). 

Berikut seperti dimuat Liputan6.com yang dirangkum dari berbagai sumber, tentang keistimewaan 10 hari terakhir bulan Ramadan.

Terbebas dari Neraka

Setiap bagian dari bulan Ramadan memiliki keutamaannnya masing-masing, seperti  yang dikatakan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh al-Baihaqi berikut:

"Awal bulan Ramadhan adalah rahmat, pertengahannya adalah ampunan, sedangkan akhirnya adalah terbebas dari neraka."

10 hari terakhir bulan Ramadhan amatlah disukai oleh Nabi Muhammad SAW. Dari 'Aisyah radhiyallahu 'anha, ia berkata,

"Dahulu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersungguh-sungguh di 10 terakhir di bulan Ramadhan lebih dari pada bersungguh-sungguhnya beliau di hari-hari lainnya." (HR. Muslim dan Ahmad).

Juga Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari sahabat 'Aisyah Radhiyallahu 'Anha bahwasannya "dahulu Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam apabila telah masuk 10 terakhir beliau mengencangkan ikat pinggangnya, menghidupkan malam-malamnya dan membangunkan keluarganya." (HR. Bukhari dan Muslim).

Artinya bahwasannya beliau "mengencangkan ikat pinggangnya" yaitu beliau bersungguh-sungguh dalam beribadah dan menjauhi istri-istrinya. Beliau tidak berhubungan badan dengan mereka di malam-malam sepuluh terakhir dan sibuk beribadah kepada Allah SWT.

Malam Lailatul Qadar

"Barangsiapa menegakkan salat pada malam Lailatul Qadar dalam keadaan iman dan mengharap balasan dari Allah, diampunilah dosa-dosanya yang telah lalu." (H.R Al Bukhari)

Walaupun tidak diketahui kapan datangnya malam Lailatul qadar, umat Islam diminta untuk mengusahakannya di 10 hari terakhir bulan Ramadan.Hal ini seperti sabda Rasulullah SAW: 

"Carilah malam lailatul qadar di malam ganjil dari sepuluh terakhir bulan Ramadhan." (HR. Imam Bukhari). 

Saat kamu mendapatkan malam Lailatul Qadar, hal ini sama saja dengan mendapat pahala kebaikan seribu  bulan.

Memperbanyak Baca Al-Qur’an

Bagi Rasulullah, membaca Al-Qur’an merupakan upaya untuk berbincang dan berkomunikasi dengan Allah SWT. Selain itu, dengan membaca Al-Qur’an juga akan mendapatkan berbagai keistimewaan seperti hidup lebih bahagia, selamat dari hisab di hari mahsyar, mendapat rahmat Allah di hari pembalasan, dan mendapatkan petunjuk sehingga tidak akan tersesat.

Menurut Imam Nawawi, membaca Al-Qur’an di 10 hari terakhir bulan Ramadan lebih baik dilakukan di akhir malam daripada awal malam dan membaca Al-Qur’an yang paling baik di siang hari adalah saat setelah shalat subuh. Abu Bakar Syatha menambahkan, membaca Al-Qur’an di malam hari lebih utama daripada siang hari karena lebih fokus.

Mengerjakan Salat Malam

Amalan 10 hari terakhir bulan Ramadan berikutnya adalah mengerjakan salat malam atau salat tahajud. Menghidupkan malam-malam bulan Ramadan dapat dilakukan dengan mengerjakan qiyamul lail (salat malam) berupa salat tahajud seperti hadis riwayat Aisyah yaitu, "Aku selalu menyaksikan beliau beribadah selama Ramadan hingga menjelang subuh."

Kamu dapat mengerjakan salat tarawih seusai salat isya, kemudian menunda salat witir untuk dikerjakan setelah tahajud, mengingat salat witir adalah salat penutup. Dimungkinkan pula, salat witir dikerjakan setelah tarawih, tetapi kemudian tidak mengerjakan witir setelah tahajud karena Nabi bersabda,"tidak ada dua witir dalam satu malam".

Berdasarkan syariat, sedekah yaitu mengeluarkan harta untuk kepentingan sesuatu. Sedekah lebih luas cakupannya karena tidak terbatas pada barang materi saja. Melainkan juga non-materi seperti amar ma’ruf nahi munkar.

Dalam amalan 10 hari terakhir bulan Ramadan, sedekah merupakan sebuah amalan yang utama. Keutamaan ini tidak hanya didapatkan bagi mereka yang sedang bersedekah saja, melainkan juga dinikmati oleh orang yang menerimanya. Jelas, hal ini menggambarkan bahwa sedekah tidak hanya mendekatkan diri kepada Allah, namun juga mendekatkan hubungan kamu kepada sesama.

Oleh karena itu, tidak heran jika di hari-hari ini setiap orang berlomba-lomba untuk menghidangkan makanan dan minuman untuk sahur dan buka puasa, memberikan santunan kepada anak yatim piatu dan memberikan sedekah untuk kegiatan keagamaan lainnya.

Sebagian ulama juga menyebutkan bahwa keutamaan sedekah ini tidak hanya di 10 terakhir Ramadan saja. Melainkan pada keseluruhan setiap harinya, meskipun sedekah dengan nominal yang sedikit. Soalnya, hal yang lebih utama dari sedekah bukanlah jumlah nominalnya, melainkan keistiqamahannya.

I’tikaf

I'tikaf sendiri artinya adalah berdiam di dalam masjid dengan maksud mendekatkan diri kepada Allah SWT. Menurut berbagai riwayat hadis, Rasulullah selalu rutin beri’tikaf di 10 hari terakhir bulan Ramadan. Pelaksanaan i’tikaf ini tidak bisa dipisahkan dari momentum pencarian lailatul qadar.

Untuk menggapai kemuliaan 10 hari terakhir bulan Ramadan ini, i’tikaf tidak hanya serta-merta berdiam saja tanpa melakukan apapun. Berdasarkan dengan tujuan i’tikaf untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, maka orang yang beri’tikaf seyogyanya mengisi amal ibadah.

Amalan-amalan seperti shalat sunah, membaca Al-Qur’an, bertasbih, bertahmid, bertahlil, bertakbir, istighfar, shalawat Nabi, serta memperbanyak doa dan tafakkur harus menjadi pelengkap i’tikaf.

Hal ini sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW:

"Sungguh saya beri'tikaf di di sepuluh hari awal Ramadhan untuk mencari malam kemuliaan, kemudian saya beri'tikaf di sepuluh hari pertengahan Ramadhan, kemudian Jibril mendatangiku dan memberitakan bahwa malam kemuliaan terdapat di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Barangsiapa yang ingin beri’tikaf, hendaklah dia beri'tikaf (untuk mencari malam tersebut)."

I’tikaf seperti ini harus dilakukan di masjid sebagai wujud syiar agama Allah. Namun, sebagai ganti tidak bisa ke masjid karena pembatasan keluar rumah, kegiatan-kegiatan yang biasa dilakukan saat iktikaf bisa dikerjakan di ruangan khusus (musola) rumah untuk beribadah.