Begini Pengakuan Suporter Timnas Sepak Bola Indonesia Saat Dikeroyok Segerombolan Orang di Kuala Lumpur Malaysia

Begini Pengakuan Suporter Timnas Sepak Bola Indonesia Saat Dikeroyok Segerombolan Orang di Kuala Lumpur Malaysia

23 November 2019
Suporter menyalakan suar di tribun seusai pertandingan kualifikasi Piala Dunia 2022 Malaysia vs Indonesia di Stadion Nasional Bukit Jalil, Kuala Lumpur, Malaysia. Foto: Reuters.

Suporter menyalakan suar di tribun seusai pertandingan kualifikasi Piala Dunia 2022 Malaysia vs Indonesia di Stadion Nasional Bukit Jalil, Kuala Lumpur, Malaysia. Foto: Reuters.

RIAU1.COM -Yovan Loveindo Restu bersama belasan suporter Indonesia menyempatkan diri untuk menikmati jajanan khas Malaysia di Jalan Alor, Kuala Lumpur pada 19 November 2019 dini hari. Pria berusia 23 tahun ini mengatakan selama sejam mereka berada di kawasan kuliner itu.

"Sekitar pukul 01.30 WIB malam kami selesai makan" kata Yovan dikutip dari Tempo.co Sabtu (23/11/2019).

Seusai bersantap, Yovan bersama teman-teman mulai berjalan ke Jalan Bukit Bintang. Tepat di depan sebuah restoran cepat saji, rombongan itu mulai berpisah.

"Karena beda-beda hotel, tinggal saya dengan Fuad Naji di situ," katanya.

Pria asal Padang itu membuka aplikasi di telepon genggam untuk memesan taksi online. Ia dan Fuad menginap di Hotel Majestic yang berada di Jalan Kudu.

"Agak lama nunggu Grab, mungkin 30 menit," kata dia.

Begitu taksi online yang dipesan tiba, Yovan mengatakan Fuad lebih dulu masuk ke dalam mobil. Ia yang telah membuka pintu mobil tiba-tiba dicegat segerombolan suporter Malaysia.

"Sekitar 15 atau 20 orang deh," ucap dia.

Kelompok suporter Tim Harimau Malaya itu menanyakan asal negara dari Yovan. Ia pun diminta untuk berbahasa Melayu.

"Kamu dari Indon kan, coba pakai bahasa," kata dia menirukan pertanyaan dari kelompok itu.

Beberapa orang dari gerombolan itu juga memaksa supaya Fuad Naji turun dari mobil. Melihat kondisi yang masih ramai di kawasan McDonald Bukit Bintang, keduanya digiring ke tempat yang lebih sepi.

"Saya sempat berontak, di situ kami mulai dipukuli," ucap dia.

Pukulan datang bertubi-tubi membuat tubuh Yovan ambruk ke jalanan. Ia mengaku kesadarannya secara perlahan terus berkurang karena mendapat pukulan.

"Abis itu saya tidak ingat lagi, dan baru tahu apa yang terjadi dari video yang viral itu," kata dia.

Setelah kawanan pengeroyokan itu pergi, Fuad yang masih dalam kondisi sadar bergerak ke Hotel Sungei Wang yang berada di Jalan Bukit Bintang. Di penginapan itu terdapat beberapa suporter Indonesia yang menginap.

"Setelah di hotel saya periksa HP saja masih ada, tapi uang saya diambil, kalau Fuad, HP, paspor, dan dokumen-dokumen semua dirampas," kata Yovan.

Yovan pun menghubungi Aliansi Suporter Indonesia Malaysia (ASIM) untuk menyampaikan insiden penggeroyokan itu. Anggota ASIM datang bersama dua suporter Malaysia.

"Mereka yang membawa kami ke rumah sakit dan melapor ke kantor Polisi (IPD) Dang Wangi. Sekitar jam 04.00 itu kami melapor dan baru selesai sekitar pukul 08.00 pagi setelah dilakukan visum," kata dia.

Setelah melaporkan peristiwa penggeroyokan, Yovan dan Fuad lalu mendatangi Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Kuala Lumpur yang berada di Jalan Tun Razak.

"Kami minta pendampingan dan urus berkas Fuad yang hilang," kata dia.

Rekan Yovan yang ikut menjadi korban penggeroyokan, Fuad Naji, menyayangkan tak acuhnya warga sekitar. Padahal suasana di Jalan Bukit Bintang masih ramai ketika keduanya mulai ditarik ke lokasi yang lebih sepi.

"Pas mereka datang itu, saya yang sudah di mobil minta sopir taksi online untuk bantu tapi dia diam saja," kata Fuad.

Setelah dipukuli beramai-ramai sehingga kondisi babak belur, Fuad membawa Yovan ke Hotel Sungei Wang.

"Saya mencoba evakuasi diri. Saya kenal ada teman dari Boys of Straits (salah satu kelompok suporter Johor Darul Takzim). Dia menolong dan membawa kami ke rumah sakit," kata Fuad.

Untuk pengurusan pengganti paspor di KBRI, Fuad mengaku dibantu oleh ASIM yang banyak membantu suporter Indonesia selama di Malaysia.

"Semua dipermudah, sih. Harusnya dikenai biaya 30 ringgit, tapi entah itu siapa yang bayar," kata dia.

Ia mengaku bahwa tidak semua suporter Malaysia brutal. Fuad mengatakan yang menolongnya malah suporter dari klub Johor Darul Takzim.

"Ini yang mengeroyok dan merampok kami suporter yang dandanannya casual gitu," kata Fuad.